SEKILAS TENTANG ISTERI DAN ANAK-ANAK SULTAN MAHMUD RI’AYAT SYAH

Adalah Sultan Mahmud RI’AYAT SYAH semasa hidupnya melakukan empat kali pernikahan, yang dapat hidup rukun damai bersama empat isterinya. Pernikahan yang paling bersejarah dan dalam rangka semakin memperkokoh persaudaraan Melayu-Bugis, maka pada tahun 1803 Sultan Mahmud Riayat Syah menikah untuk yang keempat kalinya yakni dengan Engku Puteri Raja Hamidah ibni Raja Haji dan menghadiahkan Pulau Penyengat sebagai “Maskawin” kepada Raja Hamidah. Pulau Penyengat pun dibangun sebagai sebuah kota penting dalam Kerajaan Riau-Lingga-Johor dan Pahang.

Perlu dijelaskan tentang pernikahan “persaudaraan” demi keutuhan kerajaan antara Sultan Mahmud dengan Engku Puteri.  Selain dari sumber pribumi, antara lain Raja Ahmad dan Raja Ali Haji dalam Tuhfat al-Nafis, dapat  pula dirujuk sumber Belanda, yakni E. Netscher dalam bukunya De Nederlanders in Djohor en Siak 1602 tot 1865 Histische Beschrijving (Burining & Wijt, Batavia, 1879, hlm. 246).

Yang diterjemahkan oleh Hasan Junus:

“adalah Sultan Mahmud meninggal dunia pada 12 Januari 1812. Penggantian sultan sesudahnya merupakan suatu kejadian yang sangat penting bagi Kerajaan Johor.

Raja ini menikah dengan Engku Puan, putri Bendahara Pahang. Dari perkawinan ini tiada terdapat keturunan, lalu beliau menikah pula dengan Encik Makoh, anak seorang Bugis yang bernama Daing Maturang atau Encik Jaafar. Pernikahan dilaksanakan oleh Imam Said dengan saksi-saksi yang terdiri atas Muhammad Tahir dan Lebai Mustafa serta lima orang patut-patut lainnya. Encik Makoh melahirkan seorang putera yang diberi nama Tengku Husin alias Tengku Sulung.

Suatu masa yang lain, pada 1780, beliau menikah pula dengan Encik Maryam, anak Datuk Bandar Hasan. Perkawinan ini dilaksanakan atas usul Raja Haji. Imam nikahnya ialah Haji Yaakub, dengan para saksi yang terdiri atas Datuk Suliwatang Ibrahim dan Syahbandar Muhammad. Encik Maryam melahirkan seorang anak lelaki yang diberi nama Abdurrahman.

Sultan Mahmud menikah untuk keempat kalinya dengan Tengku Hamidah atau Engku Puteri, anak dari Raja Haji yang menjadi Raja Muda pada masa itu. Dari perkawinan ini tidak ada keturunan”.[1]

Menurut Buyong Adil dalam Sejarah Johor, Sultan Mahmud Syah III menikah dengan Raja Hamidah (disebut juga Engku Puteri) anak almarhum Raja Haji Marhum Telok Ketapang, berlangsung dalam tahun 1803 dan diam di Pulau Penyengat, dan baginda pun menyerahkan Pulau Penyengat itu menjadi hak milik Raja Hamidah.[2]

[1] Hasan Junus, Engku Puteri Raja Hamidah Pemegang Regalia Kerajaan Riau. Pekanbaru, Unri Pers, hlm. 13-14

[2]Haji Buyong Adil, 1971. Sejarah Johor. Kuala Lumpur. Dewan Bahasa dan Pustaka           Kementerian Pelajaran Malaysia, hlm. 153-154

 

Sumber : Sejarah Kejuangan dan Kepahlawanan Sultan Mahmud Ri’ayat Syah yang diPertuan Besar Kerajaan Riau-Lingga-Johor-Pahang (1761-1812)