
Baju Kurung Pesak Enam adalah baju kebaya yang menyerupai kebaya pendek memiliki pesak sebanyak 6 bagian, kancing penuh di depan, berkerah cekak musang. Ada berbagai bentuk busana yang mencirikan budaya melayu yang dipakai masyarakat Tanjungpinang. Untuk Perempuan antara lain baju pesak enam.
Pada tahun 1804 Pulau Penyengat mulai dibuka dan dijadikan tempat kediaman Engku Putri Raja Hamidah. Pulau ini dianggap sebagai mas kawin Sultan Mahmud Riayatsyah dengan Raja Hamidah. Sejak itu pulau Penyengat yang awalnya sebagai kubu pertahanan berubah menjadi tempat tinggal penduduk dan diberi nama Pulau Penyengat Indrasakti.
Dengan berubah fungsinya itu, pulau Penyengat dijadikan pusat pemerintahan oleh Yang Dipertuan Muda VI Raja Jakfar, yang menggantikan Raja Ali yang mangkat di Pulau Bayan. .Sejak itu juga Yang dipertuan Muda menjadikan Penyengat sebagai pusat pemerintahan. Sementara yang dipertuan besar masih tetap di Lingga. Dalam perjalanan perkembangan seiring berjalannya waktu Engku Hamidah menjadi pusat perhatian karena beliau dipercayakan oleh Sultan sebagai pemegang regalia, alat kebesaran. Untuk mematutkan penampilan beliau selalu memperhatikan cara berbusana.
Cara berbusana sangat dipengaruhi oleh strata sosial. Stara sosial dalam masyarakat melayu dapat dikelompokkan pada dua kelompok, yakni golongan bangsawan dan masyarakat awam. Orang-orang bangsawan ini biasanya masih ada pertalian darah dengan sultan atau pejabat istana. Sedangkan orang-orang yang secara darah bukan keturunan sultan atau kerabat istana disebut sebagai masyarakat awam atau orang kebanyakan.
Dikalangan perempuan kebanyakan atau masyarakat awam, pada umumnya mengenakan pakaian tradisional yang disebut sebagai baju kurung, kebaya labuh atau kebaya pendek. Cara memakainya selalu bersamaan dengan kain batik atau kain songket. Kain tersebut dililitkan di tubuh dari pinggang sampai ke betis bagian bawah, kemudian dikuatkan dengan bengkung atau setagen. Untuk bagian atas biasanya disertai selendang penutup kepala.
Dalam kalangan bangsawan, para wanitanya lebih kreatif. Hal ini disebabkan mereka memiliki kemampuan keuangan untuk membuat sesuatu lebih menarik dan indah. Termasuk dalam busana. Namun demikian mereka tetap menjaga adab dan adat yang berlaku. Salah satu kreasi para bangsawan perempuan melayu Kota Tanjungpinang yang dipelopori Tengku Raja Hamidah adalah munculnya baju pesak enam. Baju ini sama bentuknya dengan baju kebaya pendek, akan tetapi berkacing penuh di bagian depannya serta memiliki pesak tiga buah di kiri dan tiga buah di kanan. Sehinggalah bila diberi pending maka mengembanglah baju tersebut.
Menurut Raja Suzana Fitri, salah seorang zuriat keluarga dari Engku Hamidah disebutkan bahwa baju pesak enam merupakan baju kebesaran keluarga mereka secara turun temurun. Sampai hari ini keluarga mereka selalu menjadikan baju tersebut sebagai baju kebesaran dalam berbagai acara.
Dilihat dari bentuknya, baju pesak enam dipengaruhi oleh baju kebaya pendek. Akan tetapi kancing yang penuh dan leher yang berkerah mengarah pada baju aceh dan Pahang.
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tanjungpinang