Temenggung adalah gelar pembesar di bawah sultan dan raja dalam sistem ketatanegaraan Kerajaan Melayu Johor Pahang. Temenggung merupakan salah satu dari empat pemegang cap mohor di bawah sultan dan raja. Cap mohor itu juga diiringi dengan kepemilikan bendera yang disebut bendera Fajar Menyingsing. Temenggung tersebut bernama Tun Abdul Jamal, diperkirakan lahir sekitar tahun 1720. Tun Abdul Jamal merupakan putra dari Tun Abbas Datuk Bendahara Sri Maharaja Johor Ibnu Sultan Jalil Riayat Syah.
Temenggung tersebut berkedudukan di Pulau Bulang hingga tahun 1811 M dipindah ke Singapura oleh Temenggung berikutnya yaitu Tun Abdul Rahman. Penempatan jabatan Temenggung di Pulau Bulang menjadi indikator bahwa pulau tersebut adalah sebuah kawasan penting pada masa eksistensi Kerajaan Melayu, Johor dan Pahang. Pahang terkait rapat dengan sebuah pulau bernama Bulang yang kini berada dalam wilayah Kota Batam. Tulisan ini akan didiskusikan tentang peranan Pulau Bulang sebagai basis daerah perintah Temenggung sejak tahun 1722 hingga 1824, dan dua pendapat tentang asal-usul nama pulau Bulang.
Bandar dagang dan Pertahanan Sejumlah bahan sumber Melayu dan Eropa mencatat 11 bahwa pulau Bulang pernah memainkan peranan yang cukup penting dalam peristiwa sejarah di kawasan Selat Melaka. Dalam Sejarah Melayu atau Sulalatus Salatin umpamanya, nama pulau Bulang paling tidak telah dicatat dalam kaitannya serangan-serangan Portugis terhadap pusat pertahanan Sultan Mahmud Syah, Sultan Melaka yang menyingkir ke Pulau Bintan.
Sekitar tahun 1724, umpamanya, Sultan Sulaiman pernah berada di pulau Bulang sebelum menyingkir ke 12 Kampar ketika terjadi perselisihan dengan pembesarpembesar Bugis di Riau. Menurut sejarawan Eliza Netscher, salah satu sebabnya adalah karena terdapat sebuah benteng tangguh bernama Kota Karang di pulau ini. Daerah Perentah Temenggung Pulau Bulang, juga telah menjadi satu kurnia Sultan Sultan Sulaiman Badrul AlamSyah bagi kelurga Temenggung Riau-Johor. Dan sejak tahun 1722 pulau ini telah dijadikan “markas besar‟ keluarga Temenggung yang merupakan cabang kecil dinasti Bendahara yang memerintah Riau-Lingga-Johor-dan Pahang.
Bahkan dalam catatan Trocki, Bendahara Tun Abbas, ayah Temenggung Abdul Jamal, juga telah dimakamkan di pulau Bulang, seperti halnya Temenggung Abdul Jamal dan puteranya yang bernama Engku Muda Raja Muhamad. Pendapat Trocki ini agak bertentangan dengan pendapat lain yang menyebutkan makam Tun Abbas berada di Hulu Riau, berhampiran dengan makam Daeng Marewah Yang Dipertuan Muda Riau I.
Secara arkeologis makam yang dideskripsi adalah makam utama yaitu Makam Temenggung Abdul Jamil. Makam tersebut berbentuk silinder dengan orientasi utaraselatan. Orientasi dan bentuk makam mencirikan makam tersebut makam islam. Nisan makam dibentuk dari batu tuff dengan pola silinder. Nisan tersebut memiliki diameter 26 cm dengan tinggi 84 cm dari tanah penutup kaki nisan. Sementara itu, di luar komplek makam utama terdapat sebuah makam yang sangat indah. Tipe makam tersebut adalah tipe Aceh yang memiliki tanduk dengan ukiran yang sangat halus. Akan tetapi, belum ditemukan informasi mengenai siapa yang tokoh yang dimakamkan pada tempat tersebut.
Sumber: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsumbar