BERDAH

Berdah merupakan salah satu kesenian  tradisional masyarakat Melayu yang bernuansa Islam di Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau. Kata Berdah berasal dari kata “burdah”. Penjelasan secara umum terdapat di dalam Ensiklopedi Islam.Istilah burdah adalah suatu benda (kain) yang digunakan sebagai jubah nabi Muhammad SAW yang terbuat dari bulu domba. Kata burdah juga ditafsirkan sebagai ‘syair puji-pujian’ terhadap Nabi Muhammad SAW yang dibuat oleh Al-Bushiri (610-695 Hijriah atau tahun 1213-1296 M). Saat itu Al-Bushiri sedang sakit lumpuh dan ia bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, lalu beliau (Muhammad SAW) melepaskan jubahnya dan mengenakan kepadanya. Ketika ia bangun dari mimpi, seketika itu juga penyakit Al-Bushiri sembuh. Untuk itu sebagai ungkapan syukur, maka Al-Bushiri membuat syair puji-pujian yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW di dalam sebuah kitab yang dinamakan ‘Al-Barzanji.’ Kemudian syair yang ditulis oleh Al-Bushiri ini mendapat penghargaan besar dikalangan umat Islam. Bacaan syair ini juga menjadi bacaan di dalam setiap peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW (2002:64-65).

Musik berdah terdiri dari unsur-unsur melodi vokal (nyanyian) dan ritme alat musik bebane. Melodi vokal dibawakan secara koor (chorus) oleh sejumlah musisi dengan tekstur homophony melalui beberapa teknik, sedangkan pola-pola ritme pengiring melodi vokal juga dibawakan oleh para musisi dengan menggunakan beberapa teknik. Dalam permainannya para musisi adakalanya membentuk formasi melingkar dan biasanya disesuaikan dengan tempat yang telah disediakan oleh pihak penyelenggara pertunjukan. Posisi melingkar bertujuan agar para musisi bisa saling berhadap-hadapan dalam posisi duduk bersila agar terjalin komunikasi antar musisi untuk bisa saling mengontrol permainan satu sama lain. 

Berdah digunakan dalam konteks berbagai kegiatan masyarakat baik kegiatan yang dominan adat perkawinan (berinai, ijab qabul, merewang), dan peringatan hari-hari besar Islam baik di desa tempat domisili kelompok berdah maupun di desa atau kota di luar desanya. Tradisi pertunjukan musik berdah belum “dirasakan”  mengalami pergeseran secara signifikan dari dulu hingga kini, tetapi sangat jelas peristiwa penyajiannya yang bertambah diantaranya penyajian dalam konteks kegiatan pemerintah daerah seperti penyambutan tamu penting, resepsi dari rangkaian acara penyambutan tamu dan acara-acara program tertentu bagi pemerintah. Kesenian berdah merupakan kesenian yang berasal dari Arab. Pada awalnya dibawa oleh pedagang-pedagang Arab bersamaan dengan aktivitas perdagangannya ke Asia Tenggara yaitu daerah Terengganu di semenanjung Malaysia. Daerah Terengganu merupakan daerah yang cukup ramai disinggahi oleh pedagang-pedagang Arab yang kemudian terjadilah proses akulturasi budaya yang memberikan kontribusi positif kepada masyarakat setempat. Kedatangan berdah ke Terengganu bersamaan dengan upaya para pedagang tersebut menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat seperti yang dilakukannya juga di pusat-pusat perdagangan lain di tempat-tempat mereka berlabuh (berdagang).