KAIN TELEPUK (kain telepok melayu)

Kain telepuk menurut sumber lisan masyarakat local mempunyai makna, hiasan bunga sekuntum – sekuntum yang bertabur dalam jumlah yang banyak atau Telepuk ( bertabur ) pada kain yang di cap menggunakan cat emas ( air perade ) dan sudah digunakan semenjak semase Kesultanan Lingga. Biasanya kain ini di kenakan untuk kain ketika menggunakan setelan baju kurung melayu sebagai kain dagang/ samping terutama pada upacara adat istiadat seperti pada acara adat perkawinan melayu, adat istiadat jejamuan majelis adat melayu dan lain – lain.

Kain telepuk merupakan kain khazanah budaya melayu yang awalnya merupakan kain dari suku Bugis sebagai pendatang dan merupakan akultrasi antara Budaya Melayu dan Budaya Bugis yang pada saat itu merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di tanah melayu yang mana gelar Yang Dipertuan Muda dari Kalangan Suku Bugis sedangkan Yang Dipertuan Besar atau sultan dari Kalangan Suku Melayu/ tempatan ( Tuhfat Anafis. Raja AliHaji)

Diantara motif pada kain telepuk adalah Tampuk Manggis Kembang Berisi.

Pada masa ini Kain Telepuk sudah di kembangkan kembali oleh Dewan Kerajinan Daerah (dekranasda) Kabupaten Lingga dan telah banyak di produksi sebagai cendera mata khas Kabupaten Lingga.

 

Sumber : Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga