Sumber-sumber lisan dan sebuah silsilah yang ditulis di Pulau Penyengat menyebutkan Nong Isa sebagai seorang tokoh yang membuka sebuah kampong baru di Pulau Batam yang kini dikenal dengan nama Nongsa.
Bahkan cerita pusaka yang masih dikisahkan di Pulau Penyengat juga menyebutkan bahwa toponim Nongsa sesungguhnya berasal dari nama timang-timangan Raja Isa sebagai Putera tertua Raja Ali Yang Dipertuan Muda Riau V atau mahrum Pulau Bayan : Nong Isa. Akibat kesalahan pengucapan yang tidak disengaja, maka perlahan-lahan nama kampong baru tempat tinggal Raja Isa di Pulau Batam itu berubah namanya menjadi Nongsa. Mungkin ketika seseorang menjelaskan bahwa ia akan pergi ke kampung tempat tingga Raja Isadi Pulau Batam, maka selalu dikatakan akan pergi ke Nong Isa, yang perlahan-lahan penyebutannya berubah menjadi Nongsa.
Dalam manuskrip berbahasa Belanda berjudul “Berknoopte aantekening over het eiland bintang 1833” (Ringkasan catatan tentang Pulau Bintan Tahun 1833) dan “Beknopte aantekening van het eiland bintang nederlansch etablissant en eenige daar toe behoorende eilande” (catatn singkat tentang Pulau Bintan Loji Belanda dan sejumlah pulau yang ada di sana tahun 1837)Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia ( ANRI) dan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) di Jakarta, jelas menyebutkan bahwa Raja Isa tinggal di Kampung Nongsa dan Pulau Nongsa.
Di dalam “Berknoopte aantekening over het eiland bintang 1833” (Ringkasan catatan tentang Pulau Bintan Tahun 1833) tertulis bahwa penulisnya menjelaskan Raja Isa atau NOng Isa berusia sekitar 50 Tahun ketika itu, dan kampung kecil tempat ia bersemayam terletak dihulu sungai Nongsa di Pulau Batam.
Selain dikenal sebagai tokoh yang membuka Nongsa, sebuah kampong atau negeri yang baru di Pulau Batam pada awal abad ke-19, selembar arsip yang ditemukan dalam koleksi Arsip Riouw yang tersimpan di Arsip Nasional Republik (ANRI), disebutkan pula bahwa Raja Isa diberi “kuasa” memegang perintah atas nongsa dan rantau sekitarnya di bawah pemerintahan Sultan Abdulrahman Syah yang bersemayam di Lingga dan Yang Dipertuan Muda Riau Raja Jakfar di PUlau Penyengat.