Setiap akan melakukan sesuatu tentunya harus memperhatikan kebiasaan yang ada di suatu tempat. Sebab dimasing-masing tempat akan memiliki suatu kearifan lokal yang dipercayai merupakan wujud suatu penghormatan kepada leluhur yang telah mendahului kita. Ibaratnya kita sebelum melakukan sesuatu pekerjaan baik kecil ataupun besar hendaknya meminta izin ataupun restu dari orang-orang yang lebih tua, terutama orang tua kita sendiri.
Suatu kebiasaan yang berkembang dikalangan masyarakat melayu kita adalah upacara tolak bala, yaitu sebuah kegiatan adat yang dipimpin oleh seorang tetua disebuah kampung yang disegani dari sisi ilmu agama ataupun ilmu kebatinannya. Orang tua tersebut akan memimpin pembacaan doa serta zikir-zikir yang mengagungkan kebesaran sang pencipta Allah SWT, dan kemudian mengirimkan doa serta sholawat kepada nabi dan juga kepada para leluhur yang telah mendahului kita. Lalu disampaikan kan maksud dan tujuan diselenggarakannya upacara tolak bala, menandai bahwa akan dilakukan sebuah pekerjaan, baik itu acara kampong, ataupun acara perkawinan, acara kelahiran. Termasuk didalamnya jika melakukan sebuah perundingan untuk menghasilkan sebuah keputusan, yang didalamnya ada hal-hal yang semestinya tidak diperbincangkan karena merupakan sebuah rahasia, maka upacara tolak bala adalah juga merupakan suatu cara membuka langkah untuk menuju kepada kegiatan selanjutnya.
Melaksanakan upacara tolak bala tidaklah memerlukan sebuah persiapan yang rumit. Terutama dalam menyiapkan perangkat acara, orang-orang di Bintan biasanya hanya mempersiapkan pisang dan bertih saja serta makanan seadanya. Pisang yang dipilih tidak ditentukan, sedangkan yang dimaksud dengan bertih adalah padi yang kemudian di goreng.