PENEMPATAN CORAK PADA TINGKAP RUMAH ADAT MELAYU

Daun tingkap terdiri atas bagian tengah dan empat sisi yang melingkupinya. Sebagai ragam hias untuk bagian tengahnya, dianjurkan untuk ditempatkan corak Kaluk Pakis Kuntum Kelopak. Dasar anjuran itu adalah bentuk dan makna yang dikandungi oleh corak tersebut.

Bentuk corak Kaluk Pakis Kuntum Kelopak memang sesuai dengan bentuk bagian tengah daun tingkap. Dengan demikian, tak diperlukan modifikasi lagi untuk dipasangkan kepada daun tingkap yang berbentuk panel.

Selain itu, maknanya juga sesuai dengan harapan terhadap pimpinan dan para pegawai yang bekerja di suatu kantor. Dengan menggunakan corak tersebut diharapkan manusia yang menghuni bangunan tersebut memiliki budi pekerti yang baik dan bijak berkata-kata. Jika kualitas itu dimiliki oleh para pimpinan dan pegawai yang bekerja di kantor tersebut, mereka akan dihormati oleh semua orang yang berurusan di rumah (bangunan) perkhidmatan awam (kantor) itu.

Sebagai pasangan bagian tengahnya, keempat sisi daun tingkap sebaiknya ditempatkan ragam hias yang bercorak Wajik Sempurna. Corak ini memang tepat ditempatkan di sudut-sudut sisi karena bentuknya yang bersiku. Dengan demikian, corak Wajik Sempurna memenuhi syarat sebagai ragam hias keempat sisi daun tingkap.

Dengan mengacu kepada maknanya, corak Wajik Sempurna juga sangat sesuai menempati sisi-sisi yang melingkupi daun tingkap. Dalam hal ini, ragam hias ini menyirati makna orang yang menggunakannya memiliki adab yang baik sehingga menciptakan kerukunan di lingkungannya.

Corak Kaluk Pakis Kuntum Kelopak yang menghiasi bagian tengah daun tingkap mengidealkan manusia yang menghuni bangunan tersebut memiliki budi pekerti yang baik dan bijak berkata-kata. Dalam pada itu, corak Wajik Sempurna yang mengelilinginya pula melambangkan harapan manusia yang beradab sehingga terciptalah kerukunan dengan sesama.

Adab merupakan bagian dari budi pekerti. Begitu dipadukan dalam sebuah kombinasi lambang melalui ragam hias dan ditempatkan pula di jendela, kesannya jadi menyerlah. Bangunan itu dihuni oleh orang-orang (para pimpinan
dan pegawai kantor) yang menjunjung tinggi nilai-nilai budi pekerti dan adab. Auranya akan tersebar ke mana-mana karena tingkap merupakan bagian bangunan tempat masuk dan keluarnya udara secara leluasa. Jadi, penempatan
kedua corak itu dalam satu ragi memang terkesan sanggam dan serasi.

Bagian tengah daun tingkap yang berpanel boleh juga ditempatkan hiasan yang bercorak Pucuk Rebung Dahan Terkulai. Bentuknya yang khas memungkinkan corak Pucuk Rebung untuk menempati bagian tengah suatu bidang, apatah lagi bagian tengah daun tingkap. Itu pertimbangan dari sudut bentuk corak. Kesesuaiannya juga terjamin pada makna filosofi yang dikandunginya.

Siratan makna corak Pucuk Rebung Dahan Terkulai juga berkelindan dengan nilai-nilai budi pekerti. Dalam hal ini, orang-orang yang menggunakannya diharapkan memiliki perangai atau perilaku yang mulia sehingga membawa
nasib baik bagi manusia yang memiliki perangai mulia itu. Harapan dan doa yang dilambangkan dengan corak ragam hias itu sangat cocok ditempatkan di jendela sehingga seri bangunan dan penghuninya terpancarkan keluar melalui aliran udara dari tingkap tersebut.

Keempat sisi daun tingkap itu pula ditempatkan hiasan yang bercorak Buah Setanding. Dengan begitu, ragi ragam hias daun tingkap jadi sebanding. Betapa tidak? Corak Buah Setanding sangat cocok menempati sudut-sudut bidang dilihat dari bentuknya. Dengan demikian, pemaduannya dengan corak Pucuk Rebung Dahan Terkulai memang boleh bersanding. Artinya, dari segi bentuk, paduan kedua corak itu dalam satu ragi untuk daun tingkap memang sungguh serasi.

Tinggal lagi harus ditinjau juga dari sudut maknanya. Adakah makna kedua corak yang dipadukan itu saling melengkapi atau malah bertentangan. Jika bertentangan, tak boleh dipasangkan, tetapi kalau saling melengkapi,
bermakna keduanya sanggam dipadukan.

Ternyata, corak Buah Setanding menyiratkan makna konsistensi dalam menjalankan adat-istiadat. Alhasil, semua yang dimusyawarahkan tak menimbulkan sengketa atau tertolak segala malapetaka dan bencana.

Corak Pucuk Rebung Dahan Terkulai di bagian tengah daun tingkap menyiratkan makna keutamaan perangai atau perilaku mulia sehingga membawa nasib baik bagi manusia yang mengamalkannya. Dalam pada itu, Buah Setanding menekankan pentingnya diamalkan nilai-nilai adat-istiadat dalam hidup ini supaya malapetaka tak menerpa. Dengan demikian, dari segi makna filosofisnya, kedua corak itu saling melengkapi dan saling menjelaskan. Oleh sebab itu, menyandingkan corak Pucuk Rebung Dahan Terkulai dengan corak Buah Setanding dalam satu ragi di daun tingkap memang serasi, baik dari segi bentuk maupun dari segi makna. Jadi, pemaduan itu memenuhi syarat keindahan zahiriah dan batiniah yang diidealkan tamadun Melayu.

 

Sumber : Buku ARSITEKTUR BERCIRI KHAS MELAYU KEPULAUAN RIAU