Asal Usul
Ada berbagai versi mengenai sejarah asal muasal orang laut. Mulai dari pendapat peneliti asing dan Indonesia, juga berasal dari cerita rakyat yang berkembang di Kepri. BM syamsuddin (1996) menulis berdasarkan cerita rakyat, asal muasal orang laut berasal dari garam yang diberikan Raja Johor kepada seorang nenek sakti. Garam inilah berkat kuasa Allah kemudian menjelma menjadi Orang Enam Suku. Mereka berada di bawah kekuasaan Orang Kaya Cening di Daik.
Viviene Wee (1993) berpendapat orang laut adalah keturunan raja-raja Melayu. Ini berdasarkan analisisnya pada naskah Sulalatus Salatin. Seseorang yang disebut Raja Chulan turun ke dalam laut dan kawin dengan putri laut. Kalau putri laut simbolis dari orang laut, maka Sri Tri Buana dan saudaranya adalah anak dari ayah dan ibu yang berasal dari orang laut. Argumen menarik lainnya adalah orang laut di Kepri diduga kuat sejumlah peneliti merupakan suku bangsa asli Melayu keturunan bangsa Melayu tua.
Ketika tanah Melayu diperintah oleh Kesultanan Riau-Lingga sekitar abad ke-18, Orang Suku Laut dilukiskan sebagai sekumpulan kelompok suku bangsa atau klan yang dibedakan berdasarkan teritori domisili mereka. Orang Laut memiliki peranan besar dalam kerajaan sejak Sriwijaya berkuasa hingga Kesultanan Riau-Johor . Loyalitas orang laut terhadap Sultan sangat kuat. Menurut Tom Pires, loyalitas orang laut yang disebutnya orang selat telah dimulai sejak di Palembang. Orang Laut membantu Sultan saat mendirikan Kesultanan Melaka.
Persebaran Orang Laut di Kepri
Di Kepulauan Riau, Orang Suku Laut tersebar hamper di semua Kabupaten/kota. Terbanyak di Kabupaten Lingga, Batam , Bintan dan sebagian kecil di Anambas dan Natuna, serta Karimun. Tahun 1993, Orang Laut di Kabupaten Kepulauan Riau (sebelum dimekarkan) berjumlah 626 rumah tangga dengan jumlah 2710 orang. Tersebar di 24 pemukiman di darat, 19 desa, dan 9 kecamatan. Sejak tahun 1982 pemerintah, melalui Departemen Sosial membuat pemukiman untuk Orang Laut. Sebanyak 840 orang dari 209 KK dimukimkan. Tersebar di lima lokasi , yakni Desa Seibuluh (kecamatan Singkep) , Desa Penuba (Kecamata Lingga), Desa Karas (Kecamatan Galang), dan Kelong (Air Kelubi) yang berada di Bintan Timur. Selai dimukimkan masih ada sebanyak 1870 orang atau 417 rumah tangga yang hidup di laut.
Kondisi saat ini Orang Laut ada hamper semua kabupaten/kota yang ada di Provinsi Kepri, meski data validnya nyaris tidak ada. Di kabupaten Linga setidaknya ada 28 titik lokasi Orang Laut. Di Kabupaten Bintan, Orang Laut ada di Berakit kawal Pantai, Kelong (Airkelubi), Pulau Mapur dan Pulau Toi. Di Batam, Orang Laut ada di pulau Air mas, Ngenang, Rempang caate, pulau Gara, Teluk Nipah, Pulau Bertam, Kubung dan TanjungUndap. Di Anambas, Orang Laut mendiami Pulau Mengkait dan AirSena.
Sistem Religi Orang Laut
Sistem Religi Orang Laut di Lingga dapt dibagi dua fase, Pertama adalah saat Orang Laut itu belum memeluk salah satu agama yang diakui pemerintah, yakni Islam , Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan terakhir Konghucu. Fase kedua adalah Orang laut mulai memeluk agama resmi yang diakui pemerintah, Namun demikian, mereka tetap saja sulit melepaskan diri dari kepercayaan leluhur, yakni Animisme.
Pada masyarakat Orang Laut di Lingga selain percaya kepada Tuhan, mereka masih mempercayai adanya makhluk halus. Tempat-tempat sakti dan ilmu gaib. Tempat-tempat yang diyakini sebagai tempat yang sakti dan didiami makhlus halus adalah pohon besar, teluk, sumur,laut dan sebagainya.
Sumber : Buku Orang Laut & Potret Kerukunan Beragama di Kepulauan Riau
Penerbit : Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau