MAKAM DARAH PUTIH

Makam Darah Putih merupakan makam seorang perempuan di Pulau Mepar. Makam ini disebut makam darh putih karena sewaktu meninggal darah perempuan yang meninggal ini berwarna putih. Agar lebih memudahkan penyebutan makam ini, maka masyarakat Pulau Mepar menyebutnya Makam Darah Putih. Berdasarkan penuturan penduduk setempat, Makam Darah Putih erat kaitannya dengan cerita seorang perempuan pendatang di Pulau Mepar.

Perempuan ini sesungguhnya telah mempunyai suami, namun karena kecantikannya, banyak kaum laki-laki di pulau ini yang terpikat dan merasa iri terhadap suami si perempuan, karena mendapat istri yang cantik. Sementara itu , kaum perempuan di Pulau Mepar merasa iri dan dengki terhadap perempuan ini, karena pusat perhatian kaum laki-laki(suami) tertuju pada si perempuan pendatang. Maka  oleh penduduk disebarkanlah fitnah bahwa si perempuan berselingkuh (melayani orang lain) dengan laki laki lain sewaktu suaminya sedang berlayar.

Fitnah ini sampai ke Datuk Kaya sehingga dipangillah si perempuan untuk dihukum. Desakan masyaarakat yang iri dan dengki si perempuan harus dibunuh. Sebelum dihukum si perempuan membela diri dan menyatakan tidak berbuat apa yang difitnahkan. Namun pembelaannya ditolak karena Datuk Temenggung telah termakan hasutan. Sebelum menerima hukuman, si perempuan bersumpah bahwa kalau meninggal darahnya akan berwarna putih untuk menandakan dia tidak berselingkuh.

Ternyata darah pada tubuh si perempuan memang berwarna putih  setelah menerima hukuman. Hal itu menunjukkan bahwa fitnahan yang diterimanya tidak terbukti. Akibat dari sumpah si perempuan semua keturunannya sewaktu meninggal darahnya berwarna putih. Penduduk Mepar sangata berang terhadap orang-orang yang menyebarkan fitnah. Datuk Temenggung pun menyadari kesalahannya karena termakan hasutan. Disekitar Makam Darah Putih pada saat ini terdapat dua makam lain. Ini merupakan kerabat dari si perempuan yang difitnah. Orang-orang banyak dating ke Makam Darah Putih dan mersa iba terhadap nasib yang diterima si perempuan yang dihukum bunnuh tersebut. Makam Darah Putih menjadi pelajaran bagi orang lain untuk tidak sembarangan memberikan tuduhan dan fitnahan tanpa bukti konkrit.

 

Sumber : Buku Pengkajian dan Pendataan Objek Sejarah Kesultanan Lingga
Penerbit : Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga