Sejak masa lampau Kepulauan Lingga telah menjadi tempat tinggal Orang Laut. Konon menurut cerita rakyat, sebelum orang Melayu datang, Orang Laut lebih dahulu tingggal di Lingga. Dikisahkan dalam cerita rakyat sebelum pulau Lingga dihuni orang Melayu, Orang Laut tinggal di gunung Daik membuat suluh untuk pergi mencari hasil laut. Dalam sejarah Kepulauan Lingga sebagai tempat tinggal Orang Laut telah ditulis oleh para sejarawan. Tentang orang Laut di Johor, Barnard (1994:38) menyatakan,
“Mereka berasal dari berbagai kelompok suku yang mendiami pulau di Lingga-Riau, dan berbagai pulau antara Sumatera dan Semenanjung Malaysia. Mereka hidup dari pengumpulan hasil-hasil laut untuk perdagangan, dan menjadi duta serta kurir ke seluruh kerajaan, sekaligus menjadi tentara bagi sang raja bila diperlukan. Pengetahuan mereka tentang arus gelombang dan batu karang di perairan sekitar, menjadikan mereka suatu kekuatan hebat bagi siapa saja yang menyerang. Mobilitas mereka juga memperkuat peranan mereka sebagai pelindung raja“.
Menurut catatan bangsa Portugis menyebut Orang Laut adalah kumpulan golongan masyarakat yang menjalani kehidupan di dalam perahu yang berada di Lingga dengan julukan Celates (Cortesao dalam Ahmad dan Isa, 2015:43). Orang Laut yang hidup di atas perahu kecil terutama menggunakan sampan memerlukan pelindung dari terik matahari dan hujan. Untuk melindungi dari terik matahari dan hujan Orang Laut menggunakan Kajang Lipat.
Kajang Lipat digunakan untuk atap sampan orang Melayu dan Orang Laut di saat melaut. Kajang bisa digunakan di sampan dengan cara bisa dipasang dan dilepaskan sesuai keinginan. Kajang yang dilepaskan dari sampan bisa dilipat dan disimpan dirumah.
Kajang Lipat berbahan dari daun Mengkuang yang diikat pada bingkai yang berbahan rotan. Pengikat daun Mengkuang dengan bingkai juga berbahan rotan. Pada masa kini Orang Laut masih membuat kajang untuk keperluan sendiri dan dijual kepada orang Melayu yang membutuhkannya.
Sumber : Dinas Kebudayaan kabupaten Lingga