GAJAH MINA

Bermula dari  sebuah berita tentang terdamparnya sesosok makhluk laut pada sekitar awal tahun 2005 di pantai Pulau Lingga (Kepulauan Riau). Kejadian terdamparnya tidak lama beberapa hari setelah kejadian gempa bumi yang disusul dengan tsunami di Aceh. Memang sosok makhluk yang terdampar itu besarnya luar biasa. Jumlah makhluk yang terdampar itu ada 2 ekor dengan ukuran yang berbeda. Bagi penduduk local yang melihatnya, ukurannya memang luar biasa dengan ukuran panjang 12,40 meter dan panjang ekor 1, 80 meter. Tulang dibagian depan muka yang disebut gading atau taring berukuran panjang 2,40 meter. Tebal kulitnya 10 cm, panjang sirip bawah 78 cm dan lebar 47 cm. Dari penampakkan itu, sebagian besar penduduk, terutama penduduk yang tinggal di pesisir dan kelompok nelayan di Kepulauan Riau, makhluk yang terdampar itu dikenal dengan nama “ Gajah Mina” .

Beberapa tahun kemudian , pada 14 februari 2016 di Kepulauan Natuna seorang penduduk desa melihat sesosok makhluk besar yang panjangnya lebih dari 5 meter terdampar di pantai Sisi.  Pada awalnya dia berfikir bahwa yang terdampar itu adalah bangkai ikan paus karena besarnya. Begitu dia  semakin dekat dari kiri dan kanan mulutnya tampak adanya sepasang gading panjang, belalai diwajahnya, telinga leba, dan ekor seperti ikan paus. Banyak penduduk desa yang dating untuk melihat dan menyeretnya ke daratan. Agar tidak menyebarkan penyakit, penduduk kemudian menguburkannya. Namun beberapa bagian tubuhnya yang dapat diambil untuk berbagai keperluan, misalnya sebagai jimat.

Cerita bagaimana bentuk dan ukuran gajah mina berasal dari sesepuh desa pesisir di wilayah Kepulauan riau. Para tetua bercerita bahwa makhluk itu sama besarnya dengan ikan paus, memiliki belalai seperti gajah, bulu berwarna putih ditubuhnya, sepasang gading, dan dalam beberapa kasus telinga lebar. Jika seekor gajah mina ditemukan mati di pantai, penduduk desa biasanya dating untuk mengumpulkan bagian-bagian tubuhnya, seperti potongan bulu, gading, aatau tulang. Kulitnya tidak seperti umumnya kulit ikan yang bersisik. Karena kulitnya berbulu, ssehingga makhluk tersebut bukan sejenis  ikan paus. Gajah mina diyakini hidup di perairan dalam, sehingga penampakkan nya agak jarang.

Bentuk tubuh gajah mina adalah gabungan dari gajah pada bagian kepala dan ikan pada bagian ekor. Makhluk ini dikenal luas oleh pelaut dan nelayan di perairan nusantara, terutama para pelaut melayu. Namanya fish elephant yang berarti “ ikan gajah”, dan tidak dikacaukan dengan elephant seal, yang berarti “gajah laut”. Untuk macam ikan gajah yang sebagian badannya berwujud gajah (bagian depannya) dan sebagian lagi berwujud ikan (bagian ekornya), sebagian ilmuwan biologi laut mengidentifikasikannya sebagai makhluk cryptid (yunani: krypto yang berarti” sembunyi”) laut.

Keberadaan hewan gajah laut atau dikenal dengan nama gajah mina di perairan laut Natuna, telah menarik sejumlah peneliti biologi kelautan nasional, bahkan dunia untuk mengadakan penelitian atas keberadaan hewan mamalia tersebut. Apalagi bangkai hewan laut tersebut dengan panjang lebih dari 7 meter, beberapa waktu sebelumnya ditemukan terdampar di pantai sujung, Desa Kelanga, kecamatan Bunguran Timur laut, Natuna. Namun sayangnya, ketika para peneliti itu dating, bangkai yang ditemukan sudah tidak utuh lagi. Banyak warga yang sudah mengambil tulang dan gading hewan tersebut dengan alas an binatang gajah mina sudah sangat langka dan bagian tubuhnya (tulang) dijadikan jimat.

Sumber : Buku Gajah Mina dari mitos ke realita
Penerbit : Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga