BAJU BELAH BENTAN

Pakaian adat adalah busana yang dikenakan oleh masyarakat dalam suatu komunitas sebagai salah satu identitas. Pakaian adat melayu Kota Tanjungpinang adalah busana identitas masyarakat Melayu Kota Tanjungpinang. Ada berbagai bentuk busana yang mencirikan budaya melayu yang dipakai masyarakat Tanjungpinang. Busana yang dikenakan oleh perempuan melayu tidak terlepas dari agama islam yang mereka anut. Agama islam dijadikan sebagai pedoman hidup orang melayu.

Pada abad ke-13, berdirilah kerajaan Malaka dengan rajanya Paramesora yang berpindah agama memeluk islam dan berganti nama Sultan Mansyur Syah. Kemudian pada abad ke-15 mencapai puncak kejayaan di bawah pimpinan sultan Mahmud Syah I. Jadilah agama islam sebagai agama yang identik dengan orang melayu. Sehinggalah ada anekdot, sesiapa masuk islam artinya masuk melayu. Karena islam adalah way of live atau cara hidup/pandangan hidup, maka orang melayu selalu berupaya menyesuaikan setiap sendi kehidupannya dengan pedoman hidup mereka itu. Sejak dari Malaka sampai di Kerajaan Johor Pahang Riau Lingga, agama islam menjadi sumber rujukan dalam berbagai kehidupan dan adat istiadat istana serta masyarakatnya.

Kehidupan orang melayu selalu disesuaikan dengan hukum yang berlaku dalam agama islam. Semua yang menyangkut adab, adat, pemerintahan, pakaian, kesenian harus bersesuaian dengan ajaran islam. Demikian halnya dengan Busana orang melayu. Secara umum orang melayu menyebut busananya sebagai baju kurung. Baju kurung artinya baju yang mengurung badan sipemakai dengan adap dan ahlak islam. Dalam islam penganutnya harus memperhatikan auratnya dalam berbusana. Untuk perempuan semua anggota tubuhnya adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan, untuk lelaki auratnya dari pusar sampai ke lutut.

Cara berbusana sangat dipengaruhi oleh strata sosial. Stara sosial dalam masyarakat melayu dapat dikelompokkan pada dua kelompok, yakni golongan bangsawan dan masyarakat awam. Orang-orang bangsawan ini biasanya masih ada pertalian darah dengan sultan atau pejabat istana. Sedangkan orang-orang yang secara darah bukan keturunan sultan atau kerabat istana disebut sebagai masyarakat awam atau orang kebanyakan.

Dikalangan perempuan kebanyakan atau masyarakat awam, pada umumnya mengenakan pakaian tradisional yang disebut sebagai baju kurung, kebaya labuh atau kebaya pendek. Cara memakainya selalu bersamaan dengan kain batik atau kain songket. Kain tersebut dililitkan di tubuh  dari pinggang sampai ke betis bagian bawah, kemudian dikuatkan dengan bengkung atau setagen. Untuk bagian atas biasanya disertai selendang penutup kepala. Baju belah bentan adalah baju kebaya pendek yang mendapat modifikasi pada bagian lengan ke bawah. Baju belah bentan memiliki lengan dari siku ke bawah berbentuk mengembang segitiga dan tidak dijahit menyatu pada bagian bawahnya.

Dalam kalangan bangsawan, para wanitanya lebih kreatif. Hal ini disebabkan mereka memiliki kemampuan keuangan untuk membuat sesuatu lebih menarik dan indah. Termasuk dalam busana. Namun demikian mereka tetap menjaga adab dan adat yang berlaku. Salah satu kreasi para bangsawan perempuan melayu Kota Tanjungpinang yang dipelopori Tengku Raja Hamidah adalah munculnya baju belah bentan. Baju ini sama bentuknya dengan baju kebaya pendek pada bagian depannya. Akan tetapi perubahan dan modifikasi terjadi pada bagian  lengan baju. Bagian lengan baju dari siku ke bawah dibuat lebih besar dan lebar bagian bawahnya dan terbelah pada bagian yang mestinya dijahit. Baju belah bentan sangat popular dikalangan gadis remaja atau wanita setengah baya yang sangat mementingkan penampilan yang modis akan tetapi tidak mengesampingkan aturan agama. Dengan baju belah bentan sangat memungkinkan mereka untuik bergaya, dan apabila tiba waktu solat maka dengan mudah mereka berwuduk.

 

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang