ZIARAH BUKIT BATU

Pada saat Upacara atau ziarah tersebut dilakukan masyarakat dari sekitar Gunung Bintan menyempatkan diri untuk berkunjung ke tempat tersebut. banyak diantara yang datang adalah orang-orang yang telah meninggalkan daerah tersebut untuk pergi merantau akan datang ke tempat tersebut, selain itu datang juga dari berbagai daerah seperti Tanjungpinang, Batam, Jakarta, bahkan dari Malaysia dan Singapura.

Mereka membawa berbagai perlengkapan seperti nasi kuning yang dihiasi dengan telor yang berwarna merah. Sebagian besar bertujuan untuk syukuran dan ada juga yang meminta berkah sekaligus mendoakan orang-orang yang telah meninggal tersebut. Upacara diawali dengan sambutan dari tokoh atau pemuka adat setempat, kemudian diadakan doa selamat, pada upacara ini biasanya mereka membawa sebotol air, air tersebut diyakini memiliki kekuatan untuk keselamatan, kemudian air tersbut dibawa pulang ke rumah masing-masing setelah rangkaian upacara selamatan.

Adapaun inti dari upacara ini adalah menziarahi makam-makam yang berada di Bukit Batu. Dengan membacakan doa selamat. Manaikkan panji-panji, manabur beras kunyit dan beberapa kegiatan perlengkapan lain seperti menunaikan nazar. Upacara ini dimulai pada pukul 10.00 pagi. Di awali dengan tampilnya beberapa orang yang dituakan diantaranya adalah pawang kampong Bukit yang sejak semula sudah duduk di tempat tersebut, membakar kemenyan hingga asap tipis mengepul sambil membacakan doa-doanya. Lalu menabur beras kunyit ke pusara Wan Empuk, Wan Melini, Wan Sri Beni dan pusara lainnya.

Selanjutnya orang tua memimpin upacara tersebut memasang beberapa helai kain, ada yang berwarna putih dan kuning yang berasal dari celupan kunyit, dan ada pula yang berwarna hijau. Masing-masing kain tersebut berukuran 1,5 x 1 meter. Kain-kain itu ada yang digantungkan, diikat, atau dililitkan pada galah yang sudah disediakan pada tempat itu, atau pada ranting kayu yang tumbuh di situ, hal itu disebut menaikkan panji-panji. Setelah memasang panji-panji, maka diselenggarakan tahlil dan doa tolak bala oleh seluruh yang hadir pada waktu itu baik pengunjung yang ada diluar atau yang berada di dalam. Usai membacakan tahlil dan tolak bala oleh seluruh yang hadir pada waktu itu, baik yang ada di dalam maupun yang diluar tembok. Usai membacakan tersebut pengunjung mulai berduyun-duyun mengambil beras pulut kuning milik masing-masing yang tadinya diletakkan di dalam komplek makam dimana upacara di adakan, pulut kuning yang diambil dibawa ke tempat sanak keluarga yang menunggu di luar tembok untuk dibagi-bagikan dan disantap bersama. Sebagian dibawa pulang untuk keluarga yang tidak hadir ketika itu. Sementara komplek makam mulai agak lega karena pulut kuning diambil ke tempat masing-masing. Bagi anak-anak yang baru lahir, tetapi belum pernah dibawa ketempat itu, begitu juga yang sakit belum yang mempunyai nazar kesembuhannya. Dan masalah pribadi lainnya akan menunaikan nazar melalui pemimpin upacara. Mereka akan mendoakan, diberi air dan sebagainya. pada kesempatan itu ada pula orang-orang yang datang menggantikan penutup nisan yang sudah lama dengan penutup yang baru.

Menjelang djuhur, komplek makam berangsur-angsur ditinggalkan oleh pengunjung, ribuan pengunjung yang tadinya berkumpul di sana mulai meninggalkan tempat tersebut pulang ke tempat masing-masing sambilamembawa pulut kuning yang sudah diberkati di makam marhum. Menjelang Ashar tempat tersebut sudah kembali sepi seperti semula. Demikianlah prosesi rangkaian upacara menziarahi makam Bukit Batu yang rutin dilakukan setiap tahunnya oleh masyarkaat setempat. kegiatan tersebut selain mengenang para arwah yang dahulu pernah menjadi penguasa di tempat tersebut, juga memiliki arti yang luas dalam rangka memanjatkan doa selamat baik kepada para arwah yang telah meninggal juga keselamatan kepada mereka yang masih hidup agar selalu selamat dan diberi kesehatan.

 

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan