Penyelengaraan suatu upacara tradisional dilaksanakan dengan berbagai tahapan yang harus dilalui mulai dari awal sampai dengan selesai serta melibatkan masyarakat pendukungnya. Demikian pula halnya dengan Upacara tradisional Menghale Buaya yang dilakukan oleh masyarakat di daerah Lingga yang menjadi objek utama dalam penelitian ini. Adapun materi yang akan diungkapkan dalam upacara tersebut adalah mengucap hal-hal sebgai berikut: latar belakang historis, waktu dan tempat penyelenggaraan, pelaksana dan pihak-pihak yang terlibat, persiapan dan perlengkapan upacara, jalannya upacara, dan pantangan-pantangan yang terdapat dalan penyelenggaraan upacara.
Maksud dan tujuan dari penyelenggaraan Upacara Tradisional Menghale Buaya pada masyarakat Melayu hakekatnya adalah untuk menangkap buaya yang telah mengganggu ketentraman penduduk kampong. Biasanya upacara menghale buaya ini dilaksanakan apa bila ada kedapatan buaya mengganggu ketentraman penduduk kampong, umpamanya mengganggu ternaknya, mekut-nakuti orang-orang kampong dengan seringkali menampakkan dirinya dihadapan orang banyak
Buaya yang telah banyak membuat kesalahan, biasanya menyerahkan dirinya untuk ditangkap. Tanda-tanda buaya menyerahkan diri adalah dengan memukul-mukul air dengan ekornya disekitar tempat kediaman seorang pawing. Apabila tanda-tanda seperti ini telah diperlihatkan oleh seekor buaya, maka pawing, pemuka masyarakat dan orang-orang kampung segera bermusyawarah untuk segera melaksanakan upacara menghale buaya. Di samping untuk menjaga ketentraman orng-orang kampung dari serangan buaya, upacara ini dilaksanakan dengan maksud untuk mengambil kulit buaya. Kulit buaya sangat mahal harganya apabila dijual, karena akan dijadikan bahan untuk membuat tas, tali pinggang dan lain-lain.
Dari pepenyelenggaraan Upacara Tradisional Menghale Buaya pada masyarakat Melayu Lingga, terkandung nilai-nilai budaya yang semestinya tetap dijaga atau dilestarikan serta diwariskan kepada generasi muda. Nilai-nilai tersebut adalah nilai keagamaan, nilai gotongroyong, nilau hiburan, sacral dan lain-lain. Perlu dikemukakan bahwa Upacara Tradisional Menghale Buaye pada masyarakat Melayu Lingga sudah jarang dilaksanakan, namun sebagai suatu kekayaan budaya bangsa maka harus tetap dijaga dan dilastirikan. Khususnya nilai-nilai yang terkandung didalamnya yaitu dalam bentuk tuisan, sehingga generasi muda yang akan datang dapat mengetahui bahwa di daerah mereka dahulu ada upacara yang memiliki nilai-nilai yang sangat beharga dan harus mereka ketahui.
Sumber : Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga