SYAIR SULTAN MAHMUD DI LINGGA

Syair Sultan Mahmud Syah di Lingga merupakan karya sastra Melayu lama yang dikarang di Lingga oleh Encik Kamariah. Pengarang kemungkinan seorang petugas istana sultan yang juga seorang pegiat sastra Melayu masa itu. Syair Sultan Mahmud Syah sangat penting bagi sejarah dan budaya Melayu Kabupaten Lingga karena mengisahkan tentang Sultan Mahmud Muzzafar Syah (1841-1857) sultan Kerajaan Lingga-Riau. Sultan Mahmud Muzzafar Syah Sultan Yang Dipertuan Besar Kerajaan Lingga-Riau yang ke-3. Sultan Mahmud Muzzafar Syah anak dari Sultan Muhammad Syah (1832-1841. Pada masa kanak-kanak Sultan Mahmud Muzzafar Syah telah naik tahta dilantik ayahnya sebagai sultan tetapi tidak menjalankan pemerintahan. Setelah ayahnya wafat, Sultan Mahmud muzzafar Syah menjalankan urusan pemerintahan kerajaan. Karena dianggap mengadakan pembangkangan karena banyak mencampuri urusan politik di luar wilayah Kerajaan Lingga-Riau dan hubungannya memburuk dengan pihak keluarga Yang Dipertuan Muda Lingga-Riau, pada tahun 1857 saat berada di Singapura, Sultan Mahmud Muzzafar Syah dipecat oleh pemerintah Hindia Belanda dari jabatan Sultan. Setelah dipecat, Sultan Mahmud Muzzafar keluar dari Lingga, dan pada tahun 1864 yang mungkin dalam keadaan kecewa beliau mangkat di Pahang.

Syair Sultan Mahmud Syah ditulis oleh Encik Kamariah dipenghujung masa pemerintahan Sultan Mahmud Muzzafar Syah. Syair Sultan Mahmud Syah mengisahkan sebagian kisah Sultan Mahmud Muzzafar Syah dan situasi Kerajaan Lingga-Riau pada masa itu. Dalam syair dikisahkan Raja Ali menjabat Yang Dipertuan Muda Lingga-Riau, di masa pemerintahan Sultan Mahmud Muzzafar Syah, kaum perempuan di Lingga diwajibkan memakai tudung kepala supaya menutup aurat, sultan Mahmud Muzzafar Syah membangun istana kota batu yang bergaya Belanda, Sultan Mahmud Muzzafar Syah menikahkan Tengku Fatimah anak perempuannya dengan Raja Muhammad Yusuf al-Ahmadi, pelayaran Sultan Mahmud Muzzafar Syah ke Singapura dan Terengganu, hubungan Sultan Mahmud Muzzafar Syah dengan Sultan Terengganu dan dikisahkan tentang kelahiran Raja Abdul Rahman Syah (Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah, Sultan Lingga-Riau terakhir). Dalam Syair dikisahkan juga tentang adat istiadat Melayu dan berbagai seni budaya pada masa itu. Jejak istana kota batu yang dikisahkah  dalam syair Sultan Mahmud Riayat Syah masih dapat ditemukan pada masa ini. Istana kota batu yang berada di Daik pada masa kini meninggalkan puing reruntuhan. Syair Sultan Mahmud Syah sebagai karya sastra Melayu lama menjadi bagian dari bahan bacaan masyarakat untuk mengenal sejarah dan budaya Melayu Lingga dan juga sarana hiburan dari seni budaya Melayu.

 

Sumber : Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga