Silat adalah kumpulan gerakan anggota tubuh yang secara gaaris besarnya bertujuan untuk menyerang dan menghindar. Gerakan menghindar dan menyerang dekat dengan nilai-nilai untuk melindungi diri, maka dapat dikata bahwa silat pada mulanya sebagai sarana untuk bela diri. Kelincahan,, ketangkasan , ketepatan dan kecepatan gerakan menjadi modal penting bagi seseorang yang mempelajari silat. Dengan kemampuan –kemampuannya tersebut seorang yang belajaar silat dapat menghadapi lawan secaara mudah. Dan untuk mempelajari silat tidak dikhususkan untuk kaum laki-laki, kaum perempuan pun berhak untuk berlatih.
Namun dibalik ketangkasan dan kelincahan yang sifatnya fisik, terdapat juga bahwa silat juga menyangkut masalah psikis atau spiritual. Silat bukan semata-mata mendidik bagaimana tubuh menjadi lincah dan tangkas saja. Terdapat sisi piritualitas yang juga hendak dibangun. Terkadang sisi spiritualitas ini tertutupi oleh citra-citra yang muncul selama ini. Belajar silat sama saja dengan belajar menuntut ilmu pengetahuan yang lainnya, bahwa orang yang pandai silat dihaeapkan juga semakin pandai dalam menjaga budi pekerti, etika, atau moralitas. Kepandaian silat bukan ditujukan untuk mencari lawan ataupun musuh untuk mencoba kepandaian atau menaklukkan orang. Kepandaian silat yang dimiliki seharusnya dimanfaatkan untuk kebaikan.
Dalam perkembangannya silat mempunyai beberapa aspek, antara lain :
1. Aspek mental dan spiritual:
Sisi spiritualitas merupakan bagian silat yang tidak terpisahkan dari silat. Disini silat turut membangun dan mengembangkan karakter dan kepribadian yang mulia. Pembangunan dan pengembangan karakter ini banyak melakukan aktifitas-aktifitas pengasingan diri dari rutinitas keseharian. Tujuan dari aktifitas ini adalah resonansi; merenung dan memikirkan tentang hakikat kehidupan.
2. Aspek seni Budaya
Silat merupan warisan budaya masyarakat nusantara. Silat berbeda dengan seni bela diri lain yang banyak berkembang di muka bumi ini. Silat terkait dengan nilai-nioai filosofis yang bersumber pada lokalitas nusantara. Dan tidak menutup kemunginan setiap daerah mempunyai bentuk dan karakter silat masing-masing. Silat merupakan pengetahuan local(local knowledge) terkait persinggungan manusia dan alam sekitarnya. Pada masyarakat melayu dan beberapa suku bangsa lainnya, silat merupakan bagian dari prosesi pernikahan.
3. Aspek beladiri
Sebagai bentuk beladiri silat tidak dapat dinafikan lagi. Karena dalam silat mengajarkan gerakan-gerakan untuk menyerang dan menghindar daari serangan lawan. Dimana silat mengajarkan hal-hal teknis terkait dengan bentuk pertahanan diri.
4. Aspek olahraga
Menurut Kamus besar bahasa Indonesia olahraga adalah gerakan badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Dan silat telah memenuhi syarat jika disebut sebagai bentuk olahrag. Gerak tubuh merupakan bagian yang penting daari silat. Gerak gerak dasar yang dipelajari secaara terpenggal-penggal kemudian diatukan menjadi jurus (kumpulan gerakan). Selain sebagai bentuk pertahanan diri, pada aspek ini silat juga menyehatkan tubuh para pegiat silat.
Silat merupakan institusi social yang terikat dengan aturan-aturan. Aturan-aturan tersebut terwariskan dan tertanam dalam ingatan kolektif masyarakat melayu. Aturan-aturan tersebut ada yang sifatnya sacral dan profane. Sakralitas dan Profanitas aturan-aturan yang menyelubungi penyelenggaraan silat terkait erat dengan dimana silat dan juga bagaimana masyarakat pendukungnya menyakini aturan-aturan terssebut. Bintan meskipun secaara garis besar berpenduduk melayu, namun setiap pendukung kebudayaan dapat menanggapi secar berbeda-beda. Meskipun demikian terdapat aturan-aturan yang sifatnya umum diberlakukan oleh para pendukung kesenian silat melayu ini, antara lain:
- Doa Tolak Bala
Tempat berlatih silat dapat dilaksanakan dimana saja. Salah satu yang menjadi unsur pertimbangan untuk belajar silat adalah tempat yang lapang misalnya didalam gedung, lapangan, halaman rumah dan sebagainya. Masyarakat tradisional memandang bahwa alam merupakan bentuk masyarakat yang luas. Alam semesta dihuni oleh makhluk-makhluk lain selain manusia. makhluk-makhluk tersebut dapat mengganggu ataupun membuat kerusakan pada diri manusia. Maka disini dibutuhkan suatu sarana yang menjembatani antra ruang gaib dengan dunia manusia. Doa tolak bala, demikian masyarakat melayu menyebutnya, dirapalkan untuk menjauhkan atau menolak ganguan-ganguan aktifitas manusia yang mungkin muncul daari makhluk makhluk halus tersebut. - Mandi jeruk limau
Mandi merupakan aktifitas yang telah biasa dilakukan oleh masyrakat manapun. Namun sebagian masyarakat juga menempatkan mandi sebagai aktifitas yang mengiringi peristiwa-peristiwa atau momen momen sacral. Mandi yang mengiringi peristiwa atau momen sacral ini menjadikan mandi bukan aktifitas profane biasa. Masyarakat pendukungnya menyelipkan nilai-nilai atau makna dan menyakininya. Mandi-mandi tersebut dapat ditemukan didalam masyarakat antara lain, mandi safar, mandi besar , mandi kembang dan sebagainya.
Begitu juga dengan para penggiat silat di Bintan. Mereka juga mempunyai tradisi mandi sebelum melakukan latihan silat. Mandi ini lebih ditujukan kepada murid baru yang hendak berlatih / berguru silat. Pada jenis mandi untuk silat ini disyaratkan tiap orang yang hendak berlatih silat membawa tiga buah jeruk limau. Jeruk limau itu diserahkan kepada guru yang hendak mengajarkan silat.jeruk limau yang telah terkumpul nantinya akan didoakan olehnya, namun sebelum didoakan jeruk limau tersebut diiris-iris terlebih dahulu dengan pola-pola tertentu.
Sumber : Buku Seni Budaya Melayu kabupaten Bintan
Penerbit ; Balai pelestarian Nilai Budaya Tanjungpinang