Lomba atau pacu kolek adalah sejenis perahu layar tradisional yang berukuran kecil. Jenis Permainan ini sangat populer di kalangan masyarakat yang tinggal di pesisir pantai seperti di kecamatan teluk sebong dan Tambelan. Pada mulanya Permainan ini hanya dimainkan oleh para nelayan yang mendiami tepi pantai, dimana laut merupakan sarana sehari-hari mereka untuk mencari nafkah karenanya setidaknya nelayan harus memilik kolek, jongkong atau sampan untuk mencari hasil di laut.
Pada zaman dahulu lomba kolek diadakan semata-mata untuk mencoba miliknya setelah turun dari galang dan hanya dilakukan oleh para nelayan saja, tapi lama kelamaan permainan ini semakin digemari masyarakat dan jadilah suatu perlombaan yang digemari oleh kaum istana di zaman kekuasaan Sultan Riau pada abad XVII. Sultan biasanya menyediakan hadiah yang besar buat para pemenang lomba. Tekong atau juru mudi kolek yang juara biasanya langsung diangkat menjadi pengawal istana, ada juga yang dipersunting dengan dayang-dayang istana.
Dahulu lomba kolek tidak dibuat peraturan khusus secara mengikat, namun kini lomba kolek telah dibuat pertandingan dengan peraturan yang telah disepakati bersama. Sejak zaman penjajahan Belanda sebelum perang Dunia II, lomba kolek sangat populer di daerah Moro, karimun, Pulau Penyengat, Lobam, Kundur, Ngenag Pulau buluh dan Pulau Terung di Kepulauan Riau. Permainan ini biasanya dimainkan pada musim kering yang berarti jarang turun hujan. Dahulu Lomba kolek pada hari penobatan anak-anak Raja atau keluarga istana semasa kekuasaan Sultan Riau abad XVII, kemudian dilanjutkan pada perayaan 31 Agustus hari besar Hindia Belanda dan sekarang menjadi permainan untuk memeriahkan perayaan 17 Agustus.