Tradisi ‘lepas hari anak’ biasanya dilakukan pada saat anak bayi mulai memasuki usia 40 hari atau lebih selepas sang ibu melahirkan. Pada masyarakat Kampung Melayu Gunung Kijang Bintan prosesi acara lepas hari pertama diawali dengan membaca ayat suci Al-Quran, untuk bayi laki-laki membaca Surah Yusuf dan untuk bayi perempuan membaca Surah Maryam, kemudian dilanjutkan dengan acara berzanji dan membaca sholawat-sholawat Nabi oleh seluruh anggota keluarga dan kerabat serta tamu undangan yang hadir pada acara tersebut.
Pada saat pembacaan sholawat nabi, sang ayah menggendong bayinya sambil mengelilingi seluruh orang yang hadir sebanyak 7 kali untuk anak laki-laki dan kalau anak nya perempuan sebanyak 5 kali. Pada saat proses berkeliling ini tidak boleh kurang atau lebih dari jumlahnya dikarenakan kata petuah orang tua dulu mengatakan nanti anaknya akan suka membangkang.
Adapun alat dan bahan kelengkapan yang diperlukan dalam prosesi lepas hari ini yaitu meliputi :
- Gunting
- Bunga rampai
- Kelapa gading
- Minyak wangi
- Beras kuning
- Kapur
- Amplop
- Uang koin
- Permen
Bagian inti dari pelaksanaan lepas hari yaitu dengan memotong sedikit bagian rambut bayi, biasanya dimulai dari orang yang paling tua dalam keluarga seperti kakek/atok lalu kerabat ataupun tokoh yang dituakan. Pada waktu berkeliling dan membaca sholawat satu dari anggota keluarga melemparkan beras kuning, dan bunga rampai ke arah atas, lalu menyemprotkan minyak wangi ke tubuh orang-orang yang hadir, kemudian orang yang akan memotong rambut mengusapkan kapur di bagian kiri kanan dan tengah kepala bayi, lalu ujung gunting di celupkan terlebih dahulu kedalam air kelapa gading, baru dipotong rambut bayi tersebut. Untuk orang yang memotong rambut biasanya masyarakat kampong melayu menyelipkan amplop berisi uang sebagai bentuk terima kasih.