Sudah menjadi tradisi masyarakat yang ada di Kabupaten Lingga untuk melakukan jemputan antar desa/dusun untuk merayakan hari besar Islam, salah satunya perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dilaksanakan secara bergiliran pada tiap-tiap Mesjid di Kabupaten Lingga. Adat dan tradisi yang berkembang tidak terlepas dari pengaruh Agama Islam dan ditambah lagi mayoritas masyarakat Kabupaten Lingga yang beragama Islam bermashab Safi’i , salah satu tradisi yang mengarah pada Agama Islam dan tetap kekal dilakukan masyarakat Kabupaten Lingga pada saat ini yaitu Maulud Nabi Muhammad SAW yang pelaksanaannya dilakukan pada bulan Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir yang disebut dengan bulan empat senama. Tujuan dari Tradisi ini merupakan ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT, karena umat Islam yang lepas dari kesesatan dan jahiliyah karena dilahirkannya manusia mulia yakni Nabi Muhammad SAW. Bukan saja ungkapan rasa syukur, tetapi Maulud Nabi dilaksanakan sebagai bentuk kecintaan kepada Rasulullah SAW dan mudah-mudahan orang Melayu dapatlah kiranya mengikuti sunnahnya.
Dari segi sejarah terdapat perbedaan pendapat, ada yang manyatakan Maulud Nabi mulai dilaksanakan di zaman Dinasti Fatimiah di Mesir dan ada juga yang mengatakan di zaman Sultan Salahudin al-Ayubi.
Tradisi Maulud Nabi selanjutnya masuk ke Lingga seiring masuknya cahaya Islam di alam Melayu. Di istana Kerajaan Sultan Lingga-Riau di Lingga, Maulud Nabi menjadi tradisi rutin yang diselenggarakan pihak istana dalam setiap tahun. Bahkan pihak istana menentukan kedudukan orang tertentu di balairung sri saat mengadakan Maulud Nabi. Dalam salinan Versluit Yang Dipertuan Muda Raja Muhammad Yusuf tentang pengangkatan Encik Salmah, isteri Datok Syahbandar Ismail sebagai penghulu Balai di Istana Lingga-Riau dan disertai tentang tugas-tugasnya, ada menyangkut tentang kedudukan Tuan Imam negeri di dalam balairung sri. Mengenai hal ini, dalam aturan yang ketujuh dinyatakan:
“Ada pun Tuan Imam di negeri, maka dapatlah jua satu paha atau semberib hidangan , dan tatkala membaca Maulud, jemputlah ia duduk di hujung seri balai bersama-sama orang alim-alim, kerana memulakan membawa dan membaca doa; dan jika ada tempat lapang, dapatlah jua ia makan di hujung seri balai itu, pada satu hidangan bersama-sama dato’-dato’ di negeri (Samad Ahmad, 1985:69)”
Sebelum melaksanakan Maulud Nabi, pihak pengurus Masjid atau Surau akan menentukan hari pelaksanaan, kemudian akan diumumkan kepada masyarakat sekitar untuk memberikan hidangan dan hadiah berkat kepada tamu jemputan. Hadiah berkat merupakan bunga yang diberi tangkai kayu dan diberi sebutir telur ayam yang telah direbus berwarna merah. Telur kemudian dicacakkan di atas wajik yang berada di dalam gelas kaca. Berkat bermakna orang yang memberi dan diberi bersuka cita dan berharap mendapatkan berkah dari Allah SWT karena telah memperingati Maulud Nabi. Untuk hidangan, dari setiap rumah tangga hanya menghidangkan nasi dagang, kue, air putih dan air tawar. Setiap hidangan yang disediakan dikhusukan untuk lima orang tamu, yang terdiri dari nasi, lauk lima jenis, kue, air tawar dan air manis.
Jemputan secara lisan lewat seorang tukang jemput ke masyarakat dan pengurus Masjid atau surau di kampung-kampung tetangga. Pelaksanaan Maulud Nabi dilaksanakan selepas Zuhur. Pelaksanaan Maulud Nabi dengan mengadakan berzanji oleh sekelompok orang, dipimpin seseorang yang disebut khalifah. Berzanji yakni membaca kitab ‘Iqd al-Jawahir karangan Ulama besar Madinah yakni Syaikh Ja’far al-Barzanji (1711-1766). Kitab ‘Iqd al-Jawahir mengandungi kisah kelahiran hingga wafatnya Rasulullah SAW. Berzanji dilaksanakan untuk meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah SAW. Setelah selesai berzanji para tamu jemputan yang datang diminta menyantap hidangan yang telah disediakan. Selesai menyantap hidangan para tamu pamit kepada pengurus Masjid atau Surau untuk kembali pulang ke tempat masing-masing.
Adapun Maulud Nabi Muhammad SAW biasanya dilaksanakan di masjid, surau, di tiap-tiap Desa dengan Membaca kitab Maulud Nabi secara bersama-sama dengan tujuan mengenang Kelahiran Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Biasanya acara ini disiapkan jejamuan, mulai makan merampe lalu hidangan besar (makan berhidang) baik di talam, di safrah maupun di paha (talam berkaki).
Alat-alat yang digunakan pada acara tersebut terdiri dari :
- Kitab Maulud Nabi Muhammad SAW
- Rehal/Bantal susurari yang dilapis kain (penghalas kitab)
- Embat-embat, untuk perenjis pewangian ketika jemputan Maulud Nabi sedang membaca i’ndama (bagian dari kitab)
- Berekat (telur merah,wajik sejenisnya, bunga rampai yang telah diisi di dalam kembal, yang di tusukkan secelis bambu yang diraut dan dihiasi sekuntum bunga (disebut bunga tajuk), serta sebuah gelas/sejenisnya)
- Hidangan kue mueh, seperti : dodol megan, dodol kentan , halwa telur ,penganan bakar,penganan kentang.
- Hidangan nasi, lauk pauk dan air
- Air pancang di dalam botol labu
Adapun tata cara pelaksanaannya yaitu
- Diawali dengan makan merampe
- Membaca salawat Nabi, Indama, Patarkol dimulai dari 08.00 Wib pagi
- Sepertiga bacaan disuguhi hidangan kue mueh dalam jumlah ganjil
- Kemudian pembacaan dilanjutkan lagi sampai selesai
- Ditutup do’a
- Makan besar secara berhidang
- Peserta yang mengikuti maulud Nabi Muhammad SAW di renjis dengan air wangi-wangian tanpa alkohol yang sudah disiapkan
- Kemudian setiap orang dibagi berekat (cenderehati) yaitu wajik yang diisi didalam gelas yang diletakkan bunga dan telor diatasnya yang kemudian di bungkus rapi dalam kantong sebagai ucapan terimakasih.
Perayaan maulud Nabi Muhammad SAW ini dilaksanakan dengan cara menjemput para pemaulud ( orang yang melaksanakan Maulud ) di setiap kampung-kampung dan pengurus Masjid dan Surau dengan menggunakan pakaian baju kurung Melayu.
Sumber : Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga