Dalam tradisi Melayu Lingga, setiap makanan yang dihidangkan di atas ceper atau paha untuk santapan lima orang di acara resmi atau majelis adat istiadat lazimnya sebelum disantap para tamu perlu ditutup dengan tudung saji. Untuk kelihatan indah dan molek sekaligus sebagai pertanda memuliakan makanan dan tamu, di atas tudung saji ditutup dengan kain Tudung Hidang. Tradisi menggunakan kain tudung hidang telah lama ada karena masih dapat ditemukan beberapa kain tudung hidang yang dibuat pada zaman Kerajaan Lingga-Riau. Seperti beberapa kain tudung hidang peninggalan di Rumah Cagar Budaya Datuk Laksamana Lingga dan Museum Linggam Cahaya.
Kain tudung hidang dibuat dari kain tiga warna yakni kuning, merah dan hijau. Ditengah-tengah kain dipasang kain segi empat yang ditekat dengan corak bunga-bunga sebagai hiasan. Kain tudung hidang yang terdiri dari tiga warna mempunyai makna tersendiri. Warna kuning bermakna kebesaran raja-raja Melayu, merah bermakna persaudaraan, dan hijau bermakna persuadaraan. Kain segi empat bertekat di tengah kain bermakna suka cita dan kegembiraan.