Syair Siti Shianah merupakan karya Raja Ali Haji adalah sebuah cerita yang berlandaskan pada suatu kisah di masa lalu yang dirangkai lewat untaian kata indah dan menarik yang dirangkai dalam bentuk sebuah karya sastra berupa syair yang menceritakan tentang seorang sosok perempuan yang amanah, elok rupa, bijak dan berilmu. Sesuai dengan tema dan amanatnya, syair siti Shianah lebih terfokus pada masalah tata cara beribadah bagi perempuan, khususnya tentang berwudhu, mandi wajib, puasa, haid dan nifas serta zakat, namun berdasarkan cerita tokoh terdapat masalah etika khususnya untuk perempuan. Etika perempuan itu meliputi ;
- Etika kepada orang tua
Siti shianah adalah sosok perempuan yang patuh dan hormat kepada ibunya. Tatkala ia diminta oleh ibunya untuk menjelaskan masalah berwudhu, ia menjawab dengan senang hati sebagaimana disebutkan pada beberapa kutipan bait syairnya
“Shianah menjawab baiklah bunda
Patik perssembahkan barang yang ada
Mana-mana ada pndapatan anakanda
Patik sedia menjunjung sabda”
Siti menjawab terlalu suka
Berseri-seri warnanya muka
Jika tidak bersalah sangka
Perkara bersuci beberapa hingga
Pada kutipan diatas tergambar jelas sikap dan perilaku Siti Shianah yang selalu patuh, hormat, dan sikap yang berseri-seri, artinya selalu ramah dan murah hati, tidak pelit akan ilmu pengetahuan khususnya ilmu agama. Saat disuguhi jamuan ia menjawab perintah ibunya dengan bahasa yang sopan seperti pada bait syair berikut :
Shianah menjawab lakunya petah
Janganlah demikian bunda bertitah
Walaupun dikaruniakan penganan mentah
Anakanda tidak menolak perintah
Etika patuh dan hormat kepada orang tua yang diperlihatkan oleh siti Shianah sudah merupakan keharusan bagi masyarakat melayu, yang kehidupannya berlandaskan kepada ajaran Islam, Adat bersendi Syarak, Syarak berKitabullah. Filosofi kehidupan tersebut hingga saat ini masih dipegang teguh bagi masyarakat melayu.
- Etika Kepada Suami
Dalam kehidupan rumah tangga seorang perempuan mestilah mempunyai etika terhadap suaminya. Sebagai seorang istri Siti Shianah selalu patuh dan hormat kepada suaminya. Ia patuh dan menuruti perintah suaminya yang menyuruhnya berganti pakaian ketika Dayang Dang Jiwa datang menjemputnya atas perintah ibunya Siti Rubiyyah seperti dalam kutipan syair berikut :
Marilah tuan sila adinda
Berganti pakaian barang yang ada
Mematut pakaian biar kakanda
Karena menghadap paduka adinda
Inilah perangai isinya syurga
Sekali-kali tidak memasamkan muka
Kepada suami tiada durhaka
Kepada ibadat sangatlah suka
- Etika kepada Saudara
Tergambar dalam untaian syair, Siti shianah selaku yang lebih tua selalu mengalah dan memberi kesempatan kepada adiknya siti dianah, misalnya ketika diminta memberi penjelasan perkara sembahyang.
‘’Shianah tersenyum menjawab sabda
Sebenarnya titah ayuhai bunda
Tetapi pula cuba digoda
Kepada saudara anakanda yang muda
“Anakanda itu penatlah sudah
Sehari-hari duduk terngadah
Kepada dianah jawab dipindah
Sekedarkan itu surahnya murah”
- Etika berbicara
Dalam berbicara diperlukan etika, terlebih beerbicara di depan umum, dalam syair ini tercermin nasehat agar tidak memotong pembicaraan orang. Saat siti dianah sedang menjelaskan masalah bersuci, tiba –tiba pembicaraannya dipotong oleh encik jamilah, sebab hal itu dianggap mempermalukan orang sedang bicara.
“biarlah ia bersurah dahulu
Jangan disangka tidak kelulu
Bukannya ia orang yang kelu
Maka hendak diberi malu”
- Etika Tertawa
Dalam syair siti shianah tercermin pula etika tertawa bagi seorang perempuan. Bahkan tingkah laku dan perbuatan perempuan haruslah dapat menjaga berbagai hal agar tidak dianggap negative oleh orang lain. Sikap dan perilaku tersebut tergambar dari tokoh dang lela muda bestari ketika sedang tertawa. Tergambar dalam bait syair berikut:
“Dang lela tertawa perlahan suara
Mulut ditekup sapu tangan sutera
Bukannya begitu ayuhai saudara
Encik wan upik membuat bicara”
- Etika tidak berburuk sangka
Tidak boleh telalu mudah berburuk sangka kepadda orang lain, apalagi terhadap suami sendiri, sifat ini sangat dimurkai Allah. Sikap yang tidak baik tercermin dari encik wan upik yang mencurigai suaminya dalam bai syair berikut ;
“dengan suami sudah durhaka
Tentulah Allah taala murka
Inilah halnya ayuhai kaka
Janganlah abang was-was sangka”
- Etika berpakaian
Pakaian merupakan salah satu perlengkapan busana bagi perempuan agar terlihat cantik dan indah, oleh sebab itu tidak boleh memakai pakaian sembarangan harus sesuai dengan tuntunan adat dan agama sehingga terlihat indah dan sopan. Tidak juga boleh berlebihan dan asal-asalan, seperti tertulis dalam untaian syair ;
“shianah yang cantik bukan kepalang
Putih bersih gemilang-gemilang
Durjanya subur cahaya cemerlang
Lengan berpontoh tangan bergelang
“berkain tenun Palembang di baawah
Berpending emas intan bertatah
Berbaju sutera putih yang mentah
Rupanya manis terlalu petah”
“bertudung kasa benang emas putih
Cahaya mukanya sangatlah bersih
Bibirnya manis lidahnya fasih
Suaminya memandang bertambah kasih