Masyarakat nelayan pada umumnya sangat sadar akan menjaga lingkungan serta alam sekitarnya, hal tersebut bukan hanya untuk kepentingan lingkungan semata tetapi turut serta mempertahankan dan melestarikan kehidupan laut itu sendiri. Melalui usaha penangkapan ikan yang dilakukan secara tradisional maka tidak saja memberikan keuntungan ekonomis tetapi keuntungan secara umum. Syukurnya nelayan yang tinggal di kampung Senggiling ini sadar akan pentingnya pelestarian lingkungan perairan laut karena disinilah mereka mencari nafkah sehingga mereka harus dapat menjaga keberlangsungannya. Sayangnya, masih terdapat beberapa pihak yang tidak memperdulikan usaha menjaga pelestarian biota laut ini. Umumnya masyarakat yang hanya mencari keuntungan (pendatang dari luar daerah) maupun nelayan dari negara tetangga yang menggunakan alat tangkap yang dilarang oleh pemerintah. Sampai sekarangpun masih dapat kita temui disekitar perairan Bintan. Alat tangkap Bubu, cukup asing terdengar ditelingaku. Awalnya Aku tidak begitu tertarik untuk melihat alat tangkap ini, namun saat Aku berkunjung ke kampung nelayan ini, Aku mencari tahu lebih dalam mengenai Bubu ini. Alhasil Aku melihat proses pembuatan Bubu beserta hasilnya. Cukup unik bentuknya, yaitu besar seperti keranjang yang terdiri dari rajutan kawat, kerangkanya dibentuk dari besi dan bambu dengan besarnya hampir 1 meter lebih. Hal ini bertujuan agar dapat banyak ikan yang masuk kedalam Bubu tersebut. Proses pembuatannya cukup memakan waktu yang lama, yaitu sekitar satu minggu untuk satu Bubu. Diperkirakan satu Bubu seharga 150 ribu rupiah. Untuk pembuat alat tangkap tradisional ini, tidak semua nelayan dapat membuatnya. Oleh karena itu, disini terdapat pula jasa pembuatan Bubu. Tentunya dengan harga yang lebih tinggi jika ingin memilikinya. Pekerjaan menangkap ikan atau kepiting merupakan mata pencaharian hidup manusia yang sudah berlangsung cukup lama. Apalagi bagi mereka yang tinggal di daerah pesisir pantai yang menggantungkan hidupnya pada mata pencaharian sebagai nelayan. Para nelayan mencari ikan atau kepiting di laut biasanya menggunakan perahu atau sampan menyusuri pantai atau laut sekitarnya. Mata pencaharian nelayan lebih banyak tergantung pada alam dan juga perkembangan teknologi. Kecuali alat untuk menangkap ikan atau kepiting di laut seperti berbagai macam bentuk bento dan kail, jala/jaring, perangkap ikan, nelayan juga membutuhkan perahu dengan segala peralatannya untuk mengoperasikannya. Dalam menjalankan aktifitasnya, para nelayan juga harus memiliki pengetahuan dan cirri-ciri dan cara hidup dari berbagai jenis habitat di laut. Biasanya nelayan lebih teliti mengenai sifat-sifat laut, angin dan arusnya mengenai bintang-bintang di langit untuk dijadikan pedoman/kompas dalam mengemudikan perahu. Para nelayan juga sering mempergunakan metode/metode ilmu gaib untuk menambah metode teknologis yang telah mereka kuasai. Hal tersebut gunanya untuk memperlancar kegiatan mereka dalam menangkap buruan mereka di laut baik kepiting ikan dan sebagainya. Karena nelayan sangat bergantung kepada laut, maka nelayan juga tergantung kepada perahu yang merupakan alat penting dalam pencahariannya. Apabila perahu untuk menangkap ikan atau kepiting tersebut berukuran kecil, maka jangkauan yang dapat ditempuh menjadi amat terbatas, hanya dapat menangkap iakan atau kepiting di daerah pinggiran atau tidak jauh dari pantai. Apabila perahu yang digunakan relatif kecil dengan sendirinya jangkauan operasionalnya juga terbatas, jarang yang melewati garis batas 12 mil dari pantai. Garis batas tersebut memisahkan daerah perairan nasional dengan laut terbuka/bebas. Pekerjaan sebagai nelayan adalah pekerjaan yang sangat berat. Mereka yang menjadi nelayan biasanya tidak dapat membayangkan pekerjaan yang lain lebih mudah, sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Keterampilan sebagai nelayan bersifat sederhana dan hampir seluruhnya dipelajari dari orang tua mereka sejak masih kanak-kanak. Apabila orang tua mampu, mereka pasti akan berusaha menyekolahkan anak-anak mereka setinggi mungkin bahkan sebagian tidak diharuskan meneruskan pekerjaan sebagai nelayan seperti orang tau mereka. Namun kebanyakan dari mereka tidak mampu terbebas dari profesi sebagai nelayan, sebab mereka adalah keturunan nelayan yang hidup dan bersahabat dengan laut setiap harinya.