Pada zaman dahulu, hiduplah satu keluarga yang memiliki 4 orang anak laki-laki, rumah mereka diatas bukit. Di depan rumah mereka tumbuhkan pohon pering/bambu. Pada suatu malam salahs atu anak keluarga itu, anak yang paling muda bermimpi menggali tepat di pohon pering dan menemukan harta karun, ketika ia terbangun dan wkatu itu subuh seklai, ia langsung menggali di tempat yang ia mimpikan. Betapa terkejutnya ia menemukan emas dan barang-barang berharga lainnya. Dengan bermodal harta karun tersebut akhirnya ia meminta izin kepada kedua orangtua nya untuk merantau, ingin mengubah nasib lebih baik dan kembali ke kampung dengan orang yang sukses. Akhirnya berangkah ia ke tempat perantuaan, menikah dan memiliki seorang anak. Pada suatu ketika ia kembali ke kampung dengan mebawa keluarga kecilnya. Ia menggunakan kapal yang besar. Dan berlabuhlah di dekat batu mandi. Para nelayan yang sednag mencari ikan mengetahui kedirannya dan mengetahui bahwa ia adalah anak yang pergi merantau tadi, para nelayan melaporkan kepada sang ibu. Sang ibu yang sudah kepalang rindu dengan buah hatinya. dan pada saat itu tidak ada jongkok, hanya ada sebuah lesung besar yang terbuat dari kayu. Di kayuhnyalah lesung tersebut dan tiba ditepi kapal dipanggilnyalah sang anak. “Oi anakku, keluarlah nak, ini ibu datang, betapa hatiku rindu padamu nak,” ucapnya.
Tak lama muncullah sang anak yang gagah perkasa dengan pakaian yang bagus lagi elok.
“Siapa kau? Aku tak mengenalmu.”
“Aku ibu mu nak.”
“Piuh, aku tak punya ibu miskin sepertimu, enyahlah kau dari pandanganku!” titahnya.
Berbagai upaya dilakukan sang ibu namun tetap tidak mengakui, hingga ia menjlankan kapalnya. Sang ibu yang telah murka berbalut amarah. Mengadahkan tangan dan berdoa pada yang maha kuasa. Takdir Tuhan, terjadilah rebut besar, langit yang cerah langsung menjadi gelap, ombak yang tenang menjadi bergelombang, Guntur dan petir saut-sautan. Dan tenggelamlah kaapl besar itu, sang ibu juga ikut tenggelam, dan snag ayah yang melihat sanga ank dari sisi pantai juga ikut tenggelam disapu gelombang.
Bebrapa bukti yang mengatakan batu tersebut adalah sebuah kapal : ada tiang tinggi dan itu disebut tiang agung. Di bawah tiang agung muncul mata air yang tidak pernah kering. Jika di minum disana bisa, namun jangan ditanya apa rasanya. Dan jika dibawa pulang akan menjadi asin rasanya.