POLEMIK PERAN PULAU BASING DALAM SEJARAH

Sejak tahun 2011 banyak beredar pendapat yang menyebutkan bahwa Pulau Basing memiliki situs peninggalan sejarah yang diyakini sebagai Benteng. Asumsi ini diperkuat dengan adanya plang bertuliskan Kawasan sejarah dan Cagar Budaya Benteng Pulau Basing oleh pemerintah Kota Tanjungpinang. Terkait situs Benteng Pulau Basing ini, pendapat yang beredar pada masyarakat diantaranya :

  1. Sebagai situs benteng peninggalan Portugis. Namun pendapat ini terbantahkan karena keberadaan benteng ini ada pada abad 19. Benteng itu ada di zaman Belanda
  2. Sebagai benteng pertahanan Belanda untuk mengawasi Pelayaran. Pulau Basing diyakini memiliki fungsi sebagai pengawasan lalu lintas kapal ke Nusantara yang melintasi Selat Malaka terlebih dahulu. Hal ini diperkuat dengan arsip dari perjanjian antara Belanda dan Inggris atau yang lebih dikenal dengan nama Traktat London 1824. Berdasarkan perjanjian tersebut, Belanda diharuskan untuk memperkuat daerah perbatasan di antara wilayah kekuasaannya dan wilayah kekuasaan inggris, yaitu Tanjungpinang dan Singapura. Oleh karena itu Belanda membuat benteng pertahanan guna mengawasi kegiatan atau pelayaran di pulau tersebut.
  3. Diyakini sebagai bangunan yang berfungsi sebagai penjara. Dengan dasar asumsi bahwa tidak jauh dari benteng tersebut, terdapat sebuah ruangan dengan ukuran 3X4 m yang tepat ada ditengah-tengah benteng. Namun pendapat ini terbantahkan.
  4. Tempat Pengasingan tentara Jepang (1942-1945)
  5. Tempat pengasingan raja. Diyakini sebagai rumah pengasingan raja dengan alas an terdapat sebuah sumur tua yang masih ada air di dekatnya
  6. Pulau Basing pernah menjadi kawasan koloni penderita Kusta. Namun demikian pendapat ini terbantahkan karena koloni kawasan penderita kusta berada di Pulau Sekatap tahun 1916.
  7. Pulau Basing pernah menjadi penampungan sementara bagi anak buah kapal perang Belannda, Fregat Roterdam pada bulan Mei 1841, Resident Riouw membangun tempat penampungan sementara di Pulau Basing
  8. Pulau Basing pada masa lalu dijadikan lokasi untuk bersenang-senang.

Tercatat dalam naskah syair  Kesahnya Engku puteri karya Raja Ahmad Engku haji Tua mengisahkan bahwa Engku Puteri pernah menyinggahi Pulau Basing pada tahun 1831. Dikisahkan dalam naskah tersebut , setelah di terpa badai di daerah Sembulang dalam pelayaran  dari Lingga ke Pulau Penyengat usai menjenguk Yamtuan Muda Raja Jakfar yang sakit, Engku Puteri Raja Hamidah singgah berteduh di Pesanggerahan Pulau Basing pada 16 Mei 1831. Sehingga dari catatan sejarah tersebut, Pulau Basing sangat diyakini hanya sebagai tempat Pesenggarahan.

Sumber : Buku Penulisan Sejarah Pulau Basing (1808-1912)