GENDANG BERARAK

Dalam adat istiadat Melayu Kabupaten Lingga terdapat seni musik tradisional gendang berarak. Seni musik tradisional gendang berarak merupakan seni budaya warisan yang telah lama ada sejak zaman dahulu dan masih terus di lestarikan oleh masyarakat Melayu Kabupaten Lingga. Seni musik tradisional yang berhubungan dengan mengiringi suatu perarakan dalam adat istiadat Melayu telah lama ada di Lingga. Dalam adat istiadat istana Kerajaan Lingga-Riau, seorang raja yang menjadi mempelai di arak dengan diiringi alat musik seperti rebana, gendang nobat dan gamelan. Dalam Syair Sultan Mahmud Syah, diceritakan juga pada masa berarak pengantin perempuan Tengku Fatimah anak dari Mahmud Muzzafar Syah (1841-1857) sultan Lingga-Riau dengan pengantin laki-laki Raja Muhammad Yusuf diringi dengan musik. Dalam arak-arakan pengantin Tengku Fatimah diringi juga dengan  musik pukulan gong dan gendang.

 

Dalam tradisi gendang berarak di Lingga, alat musik yang digunakan yakni satu buah gong, dua buah gendang panjang atau gendang silat (gendang yang mempunyai dua muka) dan satu serunai jika ingin ditambahkan. Gong merupakan alat musik idiofon berbahan dari besi mau pun perunggu yang berbentu bulat dan pada bagian tengahnya terdapat tonjolan sebagai media untuk dipukul yang mengeluarkan bunyi. Gong merupakan alat musik tradisional pra Islam yang telah ada di tengah-tengah masyarakat suku bangsa Melayu. Gendang panjang atau disebut juga gendang silat yang mempunyai dua muka termasuk alat musik membranofon. Gendang panjang dibuat dari kayu dan bagian dua mukanya yang dipukul untuk menghasilkan bunyi, berbahan dari kulit kambing atau lembu. Sedangkan serunai merupakan alat tiup termasuk jenis alat musik aerofon.

 

Dalam acara adat istiadat terdapat tradisi gendang berarak dilakukan untuk mengiringi aral-arakan pengantin laki-laki menuju ke rumah pengantin perempuan untuk melaksanakan akad nikah, berarak pengantin laki-laki untuk bersanding ke rumah pengantin perempuan, dan berarak membawa tukang andam ke rumah pengantin laki-laki kerumah pengantin perempuan. Gendang berarak juga di gunakan untuk musik pengiring berarak membawa tamu kehormatan, dan khatam Al-Quran. Gendang berarak terdiri dari tiga sampai empat pemain, pertama satu pemukul gong, dua pemukul gendang panjang dan satu peniup serunai. Kadang kala gendang berarak tidak dilengkapi peniup serunai.

 

Dalam memainkan alat musik gong, diperlukan dua orang. Gong digantung pada sebatang kayu yang dipikul oleh dua orang dan pemikul yang dibagian belakang bertugas memukul gong. Untuk gendang panjang terdiri dari dua orang pemain yang menyangkutkan tali gendang di bagian bawah tengkuk masing-masing sehingga gendang berada di depan pemain sekitar bagian perut bawah. Pemukul gendang juga menggunakan rotan sebagai pemukul. Pemukul gendang, terdiri dari pemukul irama gendang anak dan irama gendang ibu untuk meningkah. Jika ada serunai, seorang pemain meniupkan serunai untuk mengiringi bunyi gendang dan gong. Dalam arak-arakan pemain alat musik berada pada barisan terakhir. Fungsi dari gendang berarak bukan saja sebagai sarana hiburan tetapi juga bermakna sebagai penghormatan juga memuliakan kepada pihak yang di arak serta pertanda adanya suatu arak-arakan adat istiadat. Gendang berarak juga suatu musik yang memberikan semangat bagi pihak yang berarak dalam melaksanakan arak-arakan dan keinginan yang dilaksanakan. Gendang berarak suatu penghormatan, memuliakan, pertanda adanya adat istiadat  dan pengisi semangat dalam tradisi budaya Melayu Lingga.

 

Sumber : Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga