MENYEMAH LAUT

Upacara Menyemah Laut erat kaitannya dengan pemeliharaan lingkungan terutama untuk menghindari gangguan makhluk halus yang berasal dari laut, maka pada waktu-waktu tertentu dilakukan upacara menyemah laut. Upacara ini dimaksudkan untuk memberi persembahan kepada makhluk halus antara lain bernama; Raja Nuh yang bermukim dan berkuasa di tengah laut, Tuk Putih yang bermukim disekitar pantai dan Yuk Jate Raje Kecil pembantu Raja Nuh dan Tuk Putih. Upacara menyemah laut diadakan apabila yang berhajat meminta keselamatan dalam menempuh perjalanan di laut atau meminta disembuhkan dari penyakit yang berasal dari gangguan makhluk halus di laut. Perlengkapan untuk persembahan adalah telur, kapur sirih, rokok yang terbuat dari daun nipah.

Pelaksanaan dalam  upacaranya sangat sederhana yakni perlengkapan persembahan tersebut diletakkan didalam piring, kemudian ditaburkan ke tengah-tengah laut sambil mengucapkan serapah “ Hai Raje Nuh Di Tengah Laut, Tuk Putih Di Laut Tuk Jate Raje Kecik, Tolong Selamatkan Aku Dalam Perjalanan Di Laut.” Bagi orang yang ingin sembuh dari suatu penyakit ada pula istilah yang dipakai untuk upacara menyemah laut yaitu upacara pembuangan Pengayat dan membuang Jong. Tujuannya sama dengan upacara Menyemah laut yang telah diuraikan sebelumnya. Bedanya, pada Upacara Penghayat, perlengkapan upacara tidak dibuang ke tengah laut, tetapi di hanyutkan dengan menggunakan wadah tempurung kelapa. Sedangkan dalam pembuangan Jong, wadah untuk menghanyutkan perlengkapan persembahan adalah Perahu Kecil yang terbuat dari pelepah sagu yang dilengkapi dengan bentuk orang yang sedang mengemudi sampan (Jong).

Tradisi dalam pemeliharaan lingkungan laut lainnya adalah terkait dengan adanya pantangan-pantangan yang berhubungan dengan hewan-hewan laut yang pernah ada di masyarakat nelayan Kecamatan Senayang dan Lingga, yaitu:

  1. Apabila berjumpa ular di laut, tidak boleh memberikan komentar. Apabila membunuh ular tersebut, alamat hari ribut (akan terjadi badai). Ini dimaksudkan agar manusia jangan membunuh ular laut, karena jenis ini termasuk binatang langka.
  2. Kalau berjumpa ikan Lumba-lumba di laut, jangan diganggu. Kalau diganggu alamat akan mendapat musibah di laut. Ini bermaksud agar manusia jangan menggangu Lumba-lumba, sebab jenis ikan ini banyak memberikan pertolongan kepada manusia yang mendapat bencana di laut.
  3. Pantang membuang sampah di laut, alamat ribut (badai angin) akan turun. Ini bermaksud agar laut tidak tercemar oleh sampah.
  4. Pantang menyumbat lubang ketam (kepiting), alamat susah buang air. Ini dimaksudkan agar ketam yang berada di dalam lubang tersebut jangan sampai mati lemas.

 

Sumber : Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga