Pulau yang tertua di kawasan Tambelan adalah Pulau Benua, yang Terletak di Barat Daya Pulau Tambelan. Diperkirakan sekitar awal abad ke 16 datanglah dua orang beradik dari Serasan bernama Datuk Rahmat dan Datuk Cermat, yang membuat pemukiman pertama di Pulau Benua tepatnya disekitar daerah air Payau. Pada saat itu Pulau Benua merupakan pulau tanpa penghuni dan belum diberi nama. Penamaan Benua berasal dari bahasa Melayu yang artinya sebuah pulau besar yang baru ditemukan. Pemukiman tersebut terus berkembang hingga mencapai 70 kepala keluarga. Masyarakat disana juga membuat sebuah masjid yang saat ini menjadi masjid tertua diwilayah Tambelan.
Diperkirakan pada paruh kedua abad ke 16 pemukiman penduduk dipindahkan ke bagian Timur Pulau Tambelan karena daerah Air Payau sangat rentan terhadap serangan lanun dan hantaman gelombang pada musim utara. Daerah tersebut kemudian diberi nama Gayam diambil dari nama kepala desa pada waktu itu yang bernama Datuk Gayum. Hingga saat ini di daerah Gayam masih terdapat peninggalan beberapa pekuburan berupa nisan batu yang disebut pekuburan Tanjung Kubur.
Saat kedatang Sultan Muayat Syah ke Tambelan, pulau tersebut bernama Pulau kandil Bahar dibawah pemerintahan Datuk Gayum. Sultan Muayat Syah melakukan perjalanan untuk melarikan diri ke daerah Brunai. Alam perjalan itu Sultan sakit dan bersabda apabila ia meninggal dunia lepaaskanlah ayam kaki kunning, dan Sultan minta dikuburkan ditempat dimana ayam tersebut singgah. Dalam kisah disebutkan ayam kaki kuning singgah disebuah tanjung di Pulau Tambelan yang kemudian diberi nama Tanjung Ayam. Pasukan Sultan kemudian menguburkan Sultan di pulau Tambelan tepatnya di kaki bukit Mentayan. Sebagian rombongan Sultan tinggal bersama penduduk tambelan dan sebagian lagi kembali ke Johor. Beberapa Tahun kemudian datanglah Sultan Yahya adik Sultan Muayat Syah ke Pulau Tambelan untuk mengunjungi makam kakandanya.Beliau kemudian memindahkankuburan Sultan Muayat Syah ke Daerah Batu Lepuk agar terhidar dari genangan air pasang.
Dalam kisah kedatangan Sultan Abdullah Muayat Syah, ada perbedaan pendapat. Pertama ada yang mengatakan bahwa Sultan tersebut meninggal dalam perjalanan dan dikuburkan di bukit Mentayan Pulau Tambelan. Kedua ada yang berpendapat bahwa Sultan Abdullah Mauayat Syah lari dari kejaran Sultan Aceh dan sempat memerintah untuk beberapa waktu di Tambelan. Artinya Pulau Tambelan pernah menjadi pusat pemerintahan kerajaan Johor hingga Sultan Abdullah Muayat Syah meninggal dunia.(Zainuddin Manan, 16 Mei 2014). Kisah selanjutnya menyebutkan tentang kedatangan Datuk Campe. Dalam cerita ini disebutkan Datuk Campe merupakan seorang pengembara atau penyebar agama islam Champa-Yunan yang dating ke Tambelan dan Menikah dengan putri Daatuk Gayum. Setelah Datuk Gayum meninggal Dunia, kepemimpinan diserahkan kepada Datuk Campe. Iaa kemudian berniat mengembangkan pemukiman penduduk ke bernagai daerah baru tersebut, Datuk Campe membentuk empat kelompok. Masing-masing kelompok menyebar ke empat lokasi yaitu daerah Durian, Tanjung Hantu, Teluk Abik, dan Aik Embung. Datuk Campe pindah dari Gayam ke Teluk Abik dan mendirikan Pusat pemerintahannya di Mentayan (Desa Baatu Lepuk sekarang), yang dikenal dengan sebutan Istana Mentayan. Hingga masa pemerintahan Datuk Campe, Pulau Tambelan bernama Pulau Kandil Bahar atau Pulau Sabda Bertuah.
Menurut salah seorang informan penamaan pulau Sabda Betuah diberikan oleh Sultan Yahya ketika ia bersama rombongan hendak menuju Tambelan untuk berziarah ke makam kakandanya Sultan Muayat Syah. Penamaan ini diambil dari sabda Sultan Muayat syah sebelum beliau dikuburkan di Pulau Tambelan (pulau sabda bertuah). Sedangkanpenamaan kandil bahar berasal dari pelaut yang melihat cahaya api dari lampu minyak ditengah laut pada malam hari. Setelah dicari ternyata cahay tersebut berasal dari sebuah pulau yang kemudian dinamakan Kandil Bahar. Pada masa Datuk campe memrintah Tambelan, kerajaan Melayu Johor diserang oleh Raja Kecik, sehingga Sultan menyelamatkan diri ke Lingga. Keberadaan Datuk Campe diketahui oleh sultan, sehingga Sultan meminta bantuan kepada Datuk Campe untuk mengalahkan Raja kecik. Datuk Campe bersama beberapa orang pasukan pergi ke Lingga untuk membantu Sultan, dan berhasil mengalahkan Raja Kecik. Karena kesediaan dan keberhasilan Datuk Campe membantu Sultan, maka Sultan memberikan penghargaan kepada Datuk Camped an pasukannya dengan juukan Timbalan Riau (pembantu kerajaan Johor Riau). Juluka ini lah yang kemudian melekat menjadi nama Pulau Tambelan.
Sumber : Renjis (Jurnal Ilmiah Budaya dan Sejarah Melayu)
Penerbit : Balai Pelestarian Nilai Budaya Tanjungpinang