BARODAT

Barodat atau kadang disebut sebagai hadrah merupakan seni budaya religi yang terdiri dari syair-syair  berbahasa Arab berisikan zikir dan selawat kepada Nabi Muhammad SAW. Seni barodat yang berisikan selawat diringi dengan pukulan rebana bergemerincing. Syair-syair barodat yang berisikan syair dan selawat kepada Nabi Muhammad SAW., berasal dari Kitab Diwan Hadra. Seni barodat berkembang di Lingga sebagai syiar dan dakwah Islam. Disamping itu juga, seni  barodat bagian dari cara mencintai Nabi dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pada zaman Kerajaan Lingga-Riau, seni rebana untuk mengiringi orang berzikir dalam arak-arakan pengantin raja telah menjadi budaya istana Lingga-Riau. Dalam aturan raja meminang dan mengarak mempelai dinyatakan,
Ada pun mengarak mempelai itu, pertama berjalan “Lembing penganjur jalan”. Perempuan empat atau delapan atau enam belas. Kemudian segala perempuan. Kemudian orang memalu rebana sambil berzikir. Kemudian gendang nobat, dikiri kanannya lembing berbaris. Kemudian sebatang tombak kerajaan. Kemudian puan serta bungkusan. Kemudian ternang, kemudian usungan bersalut kuning (Shamad Ahmad, 1985:58)

Menurut cerita A. Rachman Ahmad penggiat seni barodat yang dia ketahui dari kakeknya Haji Muhammad Yunus, “Seni hadrah ini pernah di mashurkan pada zaman Raja Aman Kelang dan sampai zaman Bupati E.M Apan, khususnya di Daik Lingga dan Pulau Penyengat.” Apa yang dinyatakan oleh A, Rachman Ahmad, dapat dikatakan seni barodat berkembang pesat akhir zaman Kerajaan Lingga-Riau dan awal kemerdekaan. Hal lain yang memudahkan Seni hadrah mudah berkembang pesat pada masa itu, karena masyarakat Lingga telah sejak lama mengenal seni berebana.

Di Lingga, seni rodat ditampilkan dalam dua jenis acara sebagai berikut:

1. Seni barodat mengiringi arak-arakan adat istiadat atau pun acara keagamaan. Tujuan dari mengiringi arak-arakan bukan saja sekedar memeriahkan dan merayakan acara, tetapi sebagai tanda memuliakan rombongan, mengingatkan kepada nilai-nilai agama Islam dan dakwah.   Arak-arakan yang lazim diiringi dengan rodat sebagai berikut:
a) Mengarak rombongan pengantin laki-laki menuju ke rumah pengantin perempuan untuk melakukan akad nikah.
b) Mengarak rombongan pengantin laki-laki menuju ke rumah pengantin perempuan untuk bersanding.
c) Mengarak Al-Quran dari rumah pembesar daerah menuju Masjid untuk melakukan Nuzul Al-Quran.
d) Mengarak Kitab Berzanji  dari rumah pembesar daerah menuju Masjid untuk melakukan Maulud Nabi dalam peringatan Maulud Nabi
e) Mengarak Kitab Hikayat Isra’ Ma’iraj dari rumah pembesar daerah menuju Masjid untuk memperingati Isra’ Ma’iraj Nabi
f) Berarak pada malam 27 Ramadhan menyambut malam Lailatul Qadr
g) Mengarak rombongan orang yang berkhatam Al-Quran menuju ke rumah guru ngaji
h) Mengarak rombongan yang akan berangkat haji dari Masjid untuk menuju ke tempat keberangkatan
i)  Mengarak rombongan para pembesar yang sampai dari luar daerah menuju ke tempat tujuan atau kendaraan yang akan menjemput.
j) Mengarak rombongan pembesar dari suatu tempat menuju ke tempat acara tertentu.

2. Seni rodat dalam bentuk tarian tertentu yang diringi dengan irama pukulan rebana dan syair. Tarian dalam berodat melambangkan rasa hormat, kebersamaan dan persatuan. Tarian rodat lazim dilaksanakan pada acara, sebagai berikut
a) Di depan petirakna pengantin yang telah selesai acara tepuk tepung tawar dan doa di malam akad nikah.
b) Di depan petirakna pengantin tengah bersanding pada hari pengantin bersanding.
c)  Di hadapan para pembesar yang hadir dalam acara pemerintah.
d) Mengisi acara pertunjukan seni budaya

Sumber : Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga