BAJU KURUNG MELAYU TRADISIONAL

Masyarakat Melayu dikenal sebagai masyarakat yang kaya akan khazanah kebudayaan. Salah satu unsur kebudayaan Melayu adalah kain tradisional. Kain adalah baarang hasil tenunan yang sudah berkembang dengan pesat sejalan dengan kebutuhan masyaarakat akan pakaian dan keperluan lain.

Sejarah Perkembangan tenunan Melayu berjalan seiring dengan kebesaran dan kejayaan kerajaan Melayu pada masa lampau. Di Daik Lingga misalnya, masih dapat dijumpai berjenis-jenis kain yang tinggi mutunya. Kain tertua dalam koleksi pribadi masyarakat ialah kain bercual kepala dua benang emas, yang dibuat pada abad ke -17. Selain kain tersebut, tenunan lama yang masih dijumpai  , khususnya di Daik Lingga, secara berturut-turut antara lain :

  1. Kain telepuk, yang dibuat pada tahun 1700
  2. Tenunan kain tengarun, yang dibuat pada tahun 1850
  3. Kain asam kelat , yang dibuat pada tahun 1850
  4. Kain sutra mentah,yang dibuat pada tahun 1857
  5. Kain empat sekarap, yang dibuat pada tahun 1865
  6. Kain telepok bertabur bunga benang emas , yang dibuat pada tahun 19000
  7. Tenunan kain batik lasam, yang dibuat pada tahun 1900
  8. Kain berantai,tidak diketahui tahun pembuatannya
  9. Kain bugis, yang dibuat pada tahun 1900

Dalam masyarakat Melayu, pakaian tidak semata-mata berfungsi untuk melindungi tubuh dari panas dan dingin belaka. Lebih dari itu, Pakaian hendaklah dapat menutup malu, menjunjung adat, menolak bala, dan menjunjung bangsa (lihat Effendi,1990:10-11). Sesuai dengan fungsinya itu, pakaian menjadi tidak hanya bernilai pragmatis, tetapi lebih-lebih haruslah bernilai adat dan kultural, etis dan estetis. Itulah sebabnya dalam budaya Melayu dikenal ungkapan antara lain, pantang memakai memandai-mandai. Dalam ungkapan yang lebih ekstrim lagi disebutkan, salah pakai perut teburai.

Baju Kurung mempunyai makna filosofi yang dalam. Ketika seseorang memakai baju kurung maka ia sudah terikat dengan perbagai macam aturan atau rambu-rambu yang seharusnya dipatuhi. Baju Kurung mengandung makna orang yang memakainya di’kurung’ dikukung oleh adat dikurung oleh syarak yaitu syariat islam. Orang tua-tua mengingatkan ;apabila memakai pakaian melayu , jaga pelihara aib dan malu. Apabila memakai baju Melayu, duduk jangan membuat malu, tegak jangan mencari seteru, berjalan jangan mengahru biru, bercakap jangan lidah berbulu.

 Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika memaki baju kurung, yaitu : Pertama , baju Melayu itu hendaklah melambai-lambai ditiup angin. Konsep ini memberikan penjelasan bahwa baju Melayu itu tidak dibuat ketat, ada penambahan kain dari ukuran badan sebenarnya dengan memberikan pesak atau kekek disetiap baju Melayu. Kedua, baju Melayu itu pantang mendedahkan aib badan, pantang menyingkap malu diri, maknanya tidak boleh memakai baju dari bahan yang tipis atau transparan. Ketiga, baju Melayu itu hendaklah menutup aurat seperti kata pepatah apabila memakai membuka aurat, tanda hidup tidak beradat.

Baju kurung lelaki ada 2 macam yaitu Baju Teluk belanga dan Baju Cekak Musang. Bahan pakaian dan kelengkapannya bergantung kepada kemampuan ekonomi si pemakai. Oleh sebab itu  baju melayu dapat dikenakan oleh setiap orang daari pelbagai tingkat social-ekonomi. Penutup kepala juga bervariasi antara lain, Songkok, ikat kepala, atau tanjak.  Sedangkan Baju kurung perempuan terdiri dari 8 macam antara lain ;

  1. Baju kurung kekek
  2. Baju kuraung pesak riau
  3. Baju kurung kedah
  4. Baju pesak enam
  5. Baju belah bintan
  6. Baju gunting jubbah
  7. Baju kebaya labuh
  8. Baju kebaya pendek

Pakaian  kaum perempuan biasanya dilengkapi dengan sanggul dan tudung.

Sumber : Buku Baju Kurung Melayu Tradisional

Terbitan : Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau