
Tikar tradisional Lingga adalah tikar pandan yang berbahan pandan berduri yang tumbuh di tepi laut. Tikar tradisional berbahan pandan digunakan masyarakat untuk alas yang dipakai sehari-hari seperti untuk menghidangkan makanan, shalat, tidur, dan menerima tamu. Ukuran tikar yang dibuat menurut hasta atau pun
jengkal pengrajin. Ukuran yang dibuat bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan seperti tikar tempat duduk tamu panjang 4½hasta dan lebar 3½ hasta. Tikar untuk sejadah laki-laki panjang 3½ dan lebar 4 jengkal. Tikar untuk sejarah perempuan panjang 3½ dan lebar 5 Jengkal. Ukuran lebar tikar sejadah perempuan lebih lebar dari laki-laki karena kaum perempuan memakai mukena, dengan tikar yang lebih lebar maka mukena dapat dialas dengan tikar sehingga tidak kotor. Tikar untuk bayi berukuran 3 ½ jengkal dan lebar 2 ½. Masyarakat juga bisa memesan tikar dengan ukuran yang dinginkan.
Tikar yang dibuat terdiri dari dua jenis, yakni tikar tanpa helaian daun pandan yang berwarna sehingga tidak mempunyai motif dan tikar yang mempunyai motif dengan menggunakan helaian daun pandan yang diberi warna. Tikar yang menggunakan daun pandan berwarna di sebut “tikar paca”. Terdapat beberapa motif tikar yakni Motif biasa atau selang seli, belah ketupat, motif belah ketupat kombinasi tampuk pinang, dan motif kotak-kotak. Bagian tepi tikar juga mempunyai motif yakni motif Tepi Bingke yaitu berbentuk segi tiga yang timbul di atas anyaman
dasar, motif lipat dibuat dengan cara melipat tepi/akhir anyaman kebahagian dalam bentuk segi tiga untuk mengunci/mematikan anyaman, motif Gigi Hiu yakni menyerupai bentuk susunan gigi ikan hiu.