TAMBAN SALAI

Sebagian besar wilayah Kabupaten Lingga merupakan daerah lautan. Di Kabupaten Lingga terdapat dua pulau besar yakni pulau Lingga dan pulau Singkep selebihnya terdiri dari banyak pulau-pulau kecil yang sebagian tidak berpenghuni. Luas wilayah Kabupaten Lingga secara keseluruhan mencapai 45.456,7162 km2 dengan luas daratan 2.117,72 km2 dan luas lautan 43.338,9962 km2. Wilayah Lingga terdiri dari 531 pulau dan sebanyak 95 pulau yang telah berpenghuni. Sebagai daerah kepulauan, sebagian masyarakat yang tinggal di pulau-pulau kecil menggantungkan hidupnya dari bekerja sebagai nelayan. Masyarakat yang hidup sebagai nelayan sebagian masih sebagai nelayan tradisional yang menggunakan alat tangkap sederhana.

Di daerah Kabupaten Lingga sebagian nelayan hanya bekerja menjaring ikan tamban. Nelayan penjaring tamban dapat ditemukan di wilayah Kecamatan Lingga dan Kecamatan Singkep Pesisir. Ikan tamban sejak lama telah menjadi sumber mata pencaharian masyarakat yang tinggal di pesisir pantai atau pulau kecil di Kabupaten Lingga. Untuk menangkap ikan tamban, nelayan menggunakan jaring. Untuk pergi ke laut, nelayan penjaring tamban menggunakan sampan atau perahu kecil yang bermesin. Pulau Mepar di Desa Mepar, Kecamatan Lingga termasuk daerah penghasil ikan tamban. Sebagian nelayan di pulau Mepar menjaring di laut yang tidak jauh dari pantai. Wilayah tangkapan nelayan yang di pasang pancang kayu bertujuan untuk menarik ikan tamban berkumpul. Wilayah tangkapan yang telah dipasang pancang hanya boleh dimiliki nelayan yang memasang pancang.

Ikan tamban hasil tangkapan nelayan, bukan saja dijual mentah tetapi juga dalam bentuk siap saji atau kering berupa ikan masin. Ikan tamban siap saji berupa ikan tamban salai yang dimasak lewat cara disalai di atas bara api. Ikan tamban salai merupakan lauk rakyat dengan harga yang terjangkau. Sebagai laut pauk yang merakyat, masyarakat selalu menyandingkan ikan tamban salai dengan sayur pucuk ubi masak lemak dan sambal belacan. Pucuk ubi dan sambal belacan adalah sayuran yang terjangkau seluruh masyarakat terutama bagi mereka yang hidup sederhana atau kurang mampu. Ikan tamban salai di Kecamatan Lingga khususnya di pulau Mepar dan Kelurahan Daik dijual dengan harga perekor. Contohnya harga pasaran di Kelurahan Daik, setiap satu kantong yang berisikan sepuluh ekor tamban salai harga jualnya Rp. 5000,-

Cara membuat ikan tamban salai, yakni ikan tamban mentah di salai atau di panaskan dengan cara pada mata ikan di tusuk dengan kayu lalu di susun rapi di atas besi yang melintang di atas tungku dan dibawahnya terdapat bara api. Ikan tamban yang di salai tidak menyentuh bara api tapi di beri jarak. Setelah ikan tamban matang bisa lansung dijadikan lauk tanpa perlu dimasak. Di pulau Mepar, setelah ikan tamban selesai di salai, akan dibawa ke wilayah Kelurahan Daik dan sekitarnya untuk dijual.

Penjual ikan tamban salai menjajakan ke rumah-rumah penduduk dengan cara berjalan kaki di waktu pagi hari atau pun menjualnya lansung di pasar. Di pulau Mepar penjaja ikan tamban salai dilakukan oleh kaum perempuan dari kalangan ibu-ibu rumah tangga. Mereka menggunakan ambung untuk membawa ikan tamban salai. Pada masa ini ikan tamban salai yang dimasukkan ke dalam ambung telah diisi ke dalam kantong-kantong plastik dalam jumlah tertentu. Di masa yang lalu ikan tamban diisi secara lansung ke dalam ambung dan penjual akan menghitung satu persatu jumlah ikan tamban yang dikeluarkan untuk dibeli pembeli. Ikan tamban salai yang berharga murah dan enak untuk dijadikan lauk makanan sehari-hari melambangkan sebagai ikan buat rakyat sederhana karena harganya yang murah dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat Lingga.

 

 

Sumber : Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga