SUAP-SUAP PENGANTIN

Sebelum pengantin laki-laki duduk di atas peterakne terlebih dahulu harus menebus kipas pada bagian muka pengantin perempuan, tebusan dimaksud berupa uang yang diselip pantun (jual beli) kedua belah pihak. Jika sudah disetujui mak inang barulah mak inang mengambil sirih lelat dan kipas dibuka. Pengantin laki-laki secara tertib dan sopan duduk di sebelah kanan pengantin perempuan, yang dilanjutkan dengan acara bersuap-suapan yang dituntun mak inang. Suap menyuap antara kedua mempelai melambangkan perkenalan, perwujudan cinta dan kasih sayang antara suami dan isteri. Makanan yang disuap yaitu sejemput pulut kuning yang melekat pada nasi besar atau sekone yang telah dihiasi dengan rende atau siba yang disebut juga dengan nasi geta-geta yang dimulai dari suami menyuap kepada istrinya dan sebaliknya.

Pada saat acara bersanding didampingi dua atau empat orang pengipas atau disebut juga dengan penjawat perempuan yang berdiri disebelah kiri kanan pengantin. Makna pengantin di kipas disini adalah memberikan kesejukan dan kasih sayang. Adapun jenis pakaian yang digunakan penjawat adalah berbaju kurung kebaya labuh lengkap dengan tudung kepala atau selendang.

Posisi duduk kedua pengantin di atas peterakne ketika acara bersanding/bersuap-suap, yaitu pengantin laki-laki duduk bersila di sebelah kanan isteri, sedangkan isterinya duduk bersimpuh di sebelah kiri suami. Jarang sekali posisi kedua pengantin duduk dengan posisi berjuntai kaki, kecuali kedua pengantin tersebut telah duduk terlalu lama pada posisi bersimpuh dan bersila.

Selesai acara suap menyuap, pak imam  (yang dituakan) di dalam majelis itu dimintakan meletakkan pancasode yaitu berupa barang yang menyerupai tusuk konde yang terbuat dari perak yang disisipkan atau diletakkan di sebelah kanan  sorban/tanjak pengantin laki-laki. Sedangkan satu lagi disisipkan di sanggul pengantin perempuan. Makna dari peletakkan pancasode yaitu menandakan bahwa pengantin sudah sah sebagai suami istri.

Pada saat bersanding, termasuk juga pada acara suap menyuap, pemantun kedua belah pihak tidak henti-hentinya berpantun dan berseloka, seperti contoh sebagai berikut :

Burung jelatik burung tekukur
Terbang tinggi keatas awan
Adik cantik sama diukur
Samalah tinggi samalah padan

Bukan itik sembarang itik
Itik berenang dalam telage
Bukan cantik sembarang cantik
Cantik macam pinang dibelah due

Akhir dari kegiatan ini ditutup dengan doa selamat dan doa tolak bala yang dipandu oleh pak imam atau seseorang yang telah ditunjuk.

Salah satu dari teman dekat pengantin laki-laki ikut tidak pulang, tetapi dia ikut menemani pengantin laki-laki bermalam di rumah pengantin perempuan. Ketika menjelang shalat subuh, pengantin dan rekannya kembali ke rumah pengantin laki-laki dan menyelipkan sejumlah uang (tidak ditentukan) di letakkan di bawah bantal atau tikar (alas tidur), ini bermakna bahwa pengantin laki-laki sudah tidur.

 

Sumber : Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga