PENTO

Sebagian daerah perairan Kabupaten Lingga menjadi habitat ketam bangkang. Di Indonesia ketam bangkang disebut juga sebagai kepiting bakau.

Sebagian nelayan yang berada di Kabupaten Lingga di waktu tertentu berburu kepiting bakau di wilayah sungai mau pun di pesisir pantai yang ditumbuhi subur pohon bakau.

Seperti di Daik di Kecamatan Lingga sebagian nelayan berburu ketam bangkang menggunakan alat tangkap tradisional yang disebut pento. Sebagian orang Melayu Lingga menyebut pento sebagai bento. Penggunaan peralatan tradisional pento sejak lama digunakan di Daik khususnya dan pada umumnya di Kabupaten Lingga. Menurut cerita yang beredar jauh sebelum Indonesia mardeka, pento telah menjadi peralatan tradisional yang digunakan masyarakat Melayu Lingga untuk menangkap ketam bangkang.

Pento merupakan alat tangkap yang diberi umpan untuk menjerat ketam bangkang. Pento menggunakan umpan daging ikan dan menggunakan jerat jaring berbahan tali nilon. Pento dibuat dari sebatang kayu kecil sebesar ibu jari orang dewasa, rotan, dan jaring tali nilon.

Untuk menggunakan pento, nelayan menunggu air pasang. Setelah air pasang, pento dipasang umpan dan dicacakkan pada tepi sungai, suak atau pun di tepi pantai.  Sebelum air surut, pemasang akan memeriksa pento dan jika beruntung, ketam bangkang bakal terjerat.

 

Sumber : Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga