Telah menjadi takdir dan kodrat seorang perempuan melahirkan anak keturunan. Dalam proses melahirkan perlu dibantu oleh seorang bidan atau pun orang yang faham dalam membantu seorang perempuan melahirkan. Di Kabupaten Lingga, sebelum masuknya tenaga medis, untuk membantu ibu melahirkan, dilakukan oleh para bidan-bidan kampung. Setelah masuknya para bidan dari tenaga medis di ibu kota kecamatan hingga sampai ke pelosok desa, masyarakat mulai berkurang membutuhkan tenaga bidan kampung. Sebagian bidan kampung masih ada, tetapi mereka tidak dibutuhkan sebagai tenaga yang paling utama menolong proses melahirkan, tetapi kadang hanya membantu atau mendampingi bidan dari tenaga medis. Di samping itu juga mereka sangat dibutuhkan untuk memberikan bantuan dalam urusan ghaib, dan pengobatan tradisional dengan menggunakan ramuan herbal yang berhubungan dengan pemulihan tubuh ibu yang melahirkan.
Di Lingga, bidan kampung yang ada mendapatkan pengetahuan menolong ibu melahirkan lewat dari bidan-bidan kampung sebelumnya. Di mulai dari menolong membantu para bidan kampung membantu proses melahirkan, seorang perempuan yang berminat menjadi bidan akan tertarik untuk selalu membantu seorang bidan kampung. Setelah sering mengikuti bidan kampung, akan diketahui seluk beluk cara membantu proses melahirkan. Bidan kampung yang dibantu akan mengajarkan juga berbagai hal tentang teknik, ramuan-ramuan obat-obatan dan hal-hal yang berurusan dengan ghaib seperti jampi-jampi. Setelah mengetahui seluk beluk menolong ibu melahirkan, seorang perempuan yang berminat menjadi bidan akan berani menerima permintaan untuk membantu seorang ibu melahirkan.
Seorang bidan kampung dibekali dengan pengetahuan antara lain, teknik membantu mempermudah melahirkan bayi yakni sebelum atau saat melahirkan, mengetahui hal-hal ghaib seperti jampi atau doa tertentu seperti untuk mempermudah melahirkan bayi atau disebut dengan selusuh, mengetahui hal-hal ghaib untuk melindungi ibu dan bayi dari gangguan ruh-ruh jahat, mengetahui cara membuat obat-obatan herbal untuk memulihkan kondisi tubuh ibu paska melahirkan dan adat istiadat yang berhubungan memberikan pertolongan terhadap ibu yang akan melahirkan. Hal-hal ghaib atau pun magis yang mereka percaya dianggap sangat penting untuk memperlancar proses melahirkan. Bidan-bidan kampung sangat percaya dengan jampi atau doa selusuh yang dianggap bisa memperlancar proses melahirkan.
Di samping itu para bidan kampung meyakini proses melahirkan bisa lancar dengan menggunakan tangkal-tangkal atau benda-benda yang dianggap mempunyai kekuatan magis. Bidan kampung juga percaya tentang adanya ruh-ruh jahat atau hantu-hantu yang bisa mengganggu ibu dan bayi. Hal-hal ghaib juga berhubungan dengan kesehatan dan kecerdasan bayi di masa depan seperti tata cara menanam tembuni dan kadang ada ritual basuh lantai saat umur bayi 44 hari. Tujuan dari upacara basuh lantai untuk melindungi bayi dari gangguan makhluk halus. Hal-hal ghaib yang dipercaya dalam tradisi seorang bidan kampung berkaitan dengan kepercayaan lokal mau pun agama. Hal-hal ini berhubungan dengan adanya keinginan manusia untuk meminta perlindungan dari sang pencipta. Gangguan-gangguan ghaib yang berbahaya di tolak Lewat doa tertentu mau pun mantra. Dalam prakteknya bidan kampung tidak meninggalkan sisi religi sebagai bagian dari upaya keselamatan ibu dan anak. Dari sudut agama, doa bagian dari upaya manusia meminta pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar ibu dan anak mendapatkan keselamatan.
Kepercayaan-kepercayaan dari bidan kampung selanjutnya menjadi suatu tradisi yang hidup di tengah-tengah masyarakat dan menjadi kebutuhan masyarakat. Di Lingga, sebelum seorang ibu hamil meminta pertolongan kepada bidan kampung, terlebih dahulu dilakukan nempah bidan. Maksud nempah bidan, adalah meminta bidan untuk diminta pertolongan saat waktu melahirkan tiba. Nempah bidan menjadi tradisi yang telah bersebati di tengah-tengah masyarakat sejak lama. Walau pun bidan dari dunia medis telah mengambil peran besar dalam menolong ibu melahirkan tetapi tradisi nempah bidan masih dilakukan oleh sebagian ibu-ibu yang melahirkan. Walau pun bidan yang ditempah tidak menolong proses melahirkan tetapi ibu hamil yang melaksanakan nempah bidan bertujuan meminta pertolongan dalam urusan ghaib, karena perempuan hamil akan diberikan selusuh dan obat-obatan herbal untuk kesehatan kulit. Tradisi Nempah bidan dilakukan saat usia hamil 7 bulan. Nempah bidan dilakukan pada usia hamil 7 bulan karena dianggap pada waktu itu bayi telah pun mencapai bentuk sempurna dan siap untuk menuju proses kelahiran.
Pada usia kehamilan masuk 7 bulan, ibu hamil akan menyampaikan pesan lewat seseorang kepada seorang bidang kampung untuk melaksanakan nempah bidan. Jika bidan tersebut sanggup, akan diadakan pertemuan pada hari yang telah disepakati dan pada waktu kira-kira pukul 9 pagi. Ibu hamil yang datang didampingi oleh keluarganya misalkan ibu kandung atau saudara perempuannya. Dalam melakukan nempah bidan akan dibawa beberapa benda yakni tepak sirih terbuka, limau nipis tiga biji, air putih dua botol, kain sarung tujuh helai dan masakan pulut kuning.
Setelah ibu hamil sampai ke rumah bidan, ibu hamil atau yang mewakili akan berbicara dengan bidan untuk nempah bidan meminta membantu proses melahirkan. Setelah itu disorongkan ke bidan adalah tepak sirih dan barang-barang yang telah dibawa. Saat menyorongkan tepak sirih, bagian kepala tepak sirih yang dihadapkan ke arah bidan. Bagian kepala tepak sirih adalah sudut tempat meletakkan sirih dengan posisi bagian tangkai daun mengarah ke bagian luar kotak. Menyodorkan tepak sirik Tepak sirih yang di sebagai simbol penghormatan dan pertanda ingin meminta pertolongan.
Setelah itu bidan akan menyanggupi permintaan ibu hamil dan dia akan mengambil tiga buah limau nipis untuk ditampas pada bagian sisi atas dan bawah, kemudian pada bagian buah limau yang telah ditampas bagian atas satu persatu di kerat ke bawah tetapi tidak sampai terbelah. Buah limau nipis yang pertama diberi satu keratan, selanjutnya yang kedua diberi dua keratan dan yang ketiga tiga keratan. Sebelum mengerat buah, bidan akan membacakan selawat nabi. Limai nipis yang telah ditampas dan dikerat, akan direndam bersama air selusuh untuk dijadikan air mandi pagi ibu hamil selama tiga hari berturut-turut. Caranya saat mandi pagi, setelah selesai mandi dengan air biasa, limau nipis yang terdapat satu keratan diperas dalam ember berisi air tawar dan campuran air selusuh. Setelah limau diperas lansung direndam dalam ember, kemudian ibu hamil menyiram tubuhnya dari kepala sampai tubuh dengan air yang telah bercampur perasan lima dan air selusuh. Kemudian setelah air habis disiram, diambil limau dan dilempar ke belakang. Ibu hamil tidak boleh melihat kebelakang di arah tempat melempar limau. Hal ini dilakukan berturut-turut sebanyak tiga hari saat mandi. Hari kedua menggunakan limau yang dua keratan dan hari ketiga lima yang tiga keratan. Tujuan dari mandi limau untuk selusuh, melindungi dari gangguan penyakit dan serangan ghaib serta membersihkan tubuh. Tidak boleh melihat ke belakang bermakna jika ada hal-hal buruk yang telah terjadi hendaknya dilupakan dan berfikirlah hal-hal yang baik ke depan.
Setelah mengerat tiga buah limau, bidan akan mengambil selembar daun sirih dan melipat dua mengikuti tulang daun sirih dan menyerahkan kepada ibu hamil untuk dimakan. Saat menyerahkan bagian tangkai daun sirih dihadapkan ke arah ibu hamil. Bidan juga turut makan sirih bersama-sama ibu hamil. Memberikan ibu hamil dengan sirih yang dilipat dua mengikuti tulang tengah daun dan disodorkan bagian tangkai sebagai simbol supaya proses melahirkan lancar. Daun sirih yang dilipat dua umpama bayi di dalam rahim keluar dan lancar mengikuti saluran yang sebenarnya. Saat daun sirih diserahkan dengan menghadapkan bagian tangkai bermakna semoga dalam proses kelahiran berjalan lancar dan bayi yang dilahirkan normal dengan didahului keluar bagian kepala. Selanjutnya bidan akan membacakan mantra tertentu di air dalam botol. Air dalam dua botol, untuk minum dan mandi yang bertujuan sebagai selusuh. Air untuk mandi digunakan untuk dicampur dengan perasan dan rendaman limau nipis yang telah dikerat tadi.
Setelah itu diadakan melenggang perut ibu hamil. Ibu hamil akan dibaringkan di atas tujuh helai kain sarung. Bidan akan melanggangkan perlahan-lahan kiri kanan perut ibu hamil dengan menggunakan kain alas pertama. Caranya di bagian sisi kiri dan kanan sehelai kain alas pertama di tarik perlahan-lahan. Setiap selesai melenggang kain di bawah ibu hamil ditarik dan diletakkan di samping. Hal ini dilakukan 7 kali berturut-turut dan sebanyak jumlah helai kain. Setelah itu bidan akan menggosok perlahan-lahan perut ibu hamil dengan cara tertentu. Melenggang perut dipercaya untuk melonggar rahim dan meletakkan posisi bayi yang benar di dalam rahim sehingga melancarkan proses melahirkan. Kain 7 helai sebagai pertanda usia kandungan telah masuk usia 7 bulan. Setelah proses melenggang perut dilakukan, bidan dan ibu hamil yang mendampinginya menikmati makanan pulut kuning bersama-sama. Pulut kuning sebagai bermakna suka cita dan ucapan terima kasih kepada bidan. Setelah selesai ibu hamil mengucapkan terima kasih dan kembali pulang ke rumah. Tradisi atau adat istiadat nempah bidan merupakan bagian dari kearifan lokal masyarakat dalam etika atau sopan santun dalam meminta pertolongan seorang bidan. Tradisi ini juga berhubungan dengan nilai-nilai religius karena disebalik usaha-usaha nyata diperlukan juga doa-doa tertentu supaya semuanya berjalan lancar.