Sultan abdulah mu’ayatsyah merupakan sultan johor ke 7 yang memerintah pada tahun 1615 -1623, diangkat oleh Sultan Iskandar Muda Aceh sebagai Sultan Johor ke7. Untuk menggantikan Sultan Alauddin Riayat Shah III. Beliau adalah putera kepada Sultan Muzaffar Shah. Pada tahun 1618.
Sultan Abdullah Ma’ayat Shah berpindah ke Lingga (Daik) dengan meminta bantuan Belanda dan Orang Laut untuk melawan Acheh. Kemudian Sultan Abdullah Ma’ayat Shah menceraikan istrinya yang juga adinda daripada Sultan Acheh Iskandar Muda. Kejadian ini membuat murka Sultan Iskandar Muda, kerana adik baginda yang dicintainya diceraikan oleh Sultan Abdullah. Baginda memerintahkan pasukannya untuk menghancurkan Batu Sawar, ibukota daripada Kerajaan Johor Lama dan menyerang Pulau Lingga untuk memburu Raja Bujang (anak Sultan Alauddin Riayat Shah III) pada tahun 1623. Sultan Abdullah Ma‟ayat Shah melarikan diri bersama- sama Raja Bujang ke Pulau Tambelan. Sultan Abdullah Mu‟ayat Shah mangkat di Pulau Tambelan atau disebut “Marhum Pulau Tambelan”
Pada tanggal 12 Desember 1637 seorang pelaut bangsa Belanda bernama Vande Veer dalam catatannya bahwa di Tambelan telah di ketemukan seorang Raja Johor bernama Sultan Abdullah Muaiyatsyah. Makam ini dikelilingi oleh empat keping batu karang dengan ukuran panjang 345 cm dan lebar 120 cm di atas batu ini terdiri atau terbujur batu besar berbentuk segi empat panjang. Keliling pinggirnya dipahat/dikenai dengan ukuran panjang 250 cm dan lebar 45 cm serta tebalnya 45 cm.
Di atas batu itu terdiri dua batu nisan terdiri dari batu karang yang diukir indah, dengan dasar bawah 27 x 27 cm. Nisannya setinggi 100 cm di arah ke Timur dan Selatan tertulislah dengan seni huruf arab gaya Riq’at yang cantik dan rapi dengan ukiran timbul dari pahatan batu karang.
sumber : Buku Profil KEPRI Mother Of Malay” Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau