Dahulu kampung Kelumu memiliki nama kampung ‘Secarik Kapan’ yang dihuni oleh orang-orang berilmu hitam yang suka menyihir para pendatang. Jika para pendatang itu tidak mempunyai ilmu yang cukup tangguh maka akan mengalami nasib celaka.
Karena kampung Secari Kapan pada masa itu banyak mendatangkan masalah, maka Sultan Lingga mengutus dua orang untuk datang mengamankan daerah tersebut. Dia adalah seorang lelaki bernama Encik Thalib dan Encik Nai. Mereka bertemu di tempat yang bernama dua Kuala suak (saluran kecil yang bermuara di sungai). Encik Thalib datang melewati jalan darat sedangkan Encik Nai melewati jalan laut. Dari kata ketemu itulah lama-lama menjadi Kelumu.
Setelah mereka berdua bermukim dikampung itu, keadaannya menjadi lebih baik. Kampung Secarik Kapan Pun berubah nama menjadi kelumu. Hingga saat ini untuk menjaga ketentraman dikampung tersebut ada dua tradisi tahunan yang dilakukan di bulan Muharam. Pertama tradisi Ritual Ratib Saman, suatu ritual doa, dzikir untuk meminta pertolongan kepada Allah SWT supaya dijauhkan dari segala bencana yang dipimpin oleh Tokoh yang bernama Auzar, Ritual kedua ialah bela kampong yang dipimpin oleh seorang perempuan bernama Mak Dara (Hamizah). Ritual ini juga merupakan suatau caraa untuk menjauhkan segala bala bencana.