FILOSOFI BAJU KURUNG PAKAIAN MELAYU

Secara umum makna yang tersembunyi dalam baju kurung Melayu mengandung filosofi tinggi yang selama berabad-abad mampu mengokohkan dirinya dan mampu pula mengangkat harkat dan martabat masyarakat Melayu. Ia bermakana sebagai pagar diri, memagari pemakainya dari berbuat yang dipantanglarangkan oleh ajaran agama, malu melanggar ajaran agama. Dapat pula bermakana sebagai pengendali diri dari berbuat yang tidak baik, tidak senonoh, sebagai tunjuk ajar, mengekalkan Melayu, menolak bala dan mendatangkan manfaat. Berpakai patut baju kurung mengandung makna :

  1. Malu

Salah satu sifat orang Melayu adalah malu. Malu disini bermakna bahwa orang melayu malu melakukan perbuatan yang tak patut, yang melanggar ajaran agama, malu tidak beradat, malu berbuat tidak senonoh yang di pantangkan  adat dan agama. Di dalam ungkapan lain disebutkan juga hakikat pakaian tradisional melayu :

Pertama menutup aurat

                Kedua mengandung adat

                Ketiga tidak dibuat buat

                Keempat ada makna serta alamat

                Kelima memakainya dalam ingat

Ungkapan diatas menunjukkan bahwa pakaian tradisional baju kurung melayu dibuat dan ditetapkan sesuai menurut acauan adat, tidak dapat dibuat-buat atau mengada-ada menurut selera pemakainya. Berbaju kurung bermakna mengurung diri dari hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama.

  1. Tahu Diri

Setiap orang Melayu dituntut oleh ajaran agama dan adat istiadat untuk “bersikap tahu diri”. Orang yang tahu diri berarti tahu hakikat dan tujuan hidup. Sebaliknya orang yang “tidak tahu diri atau lupa diri” akan tersesat dalam kehidupan di dunia dan tersiksa di akhirat. Kata Raja Ali Haji dalam Gurindam Dua Belas pasal Keempat bait Keenam berbunyi;

Tanda orang-orang yang amat celaka

                Aib dirinya tiada ia sangka

Dalam ungkpan dikatakan “Bila orang Tahu diri, di dunia mulia di akhirat terpuji. Dengan berbaju kurung orang dituntut untuk menyadari dirinya tahu diri siapa sesungguhnya dirinya. Berpakai patut baju kurung, yang bermakna filosofi tahu diri tergambar dari ketentuan adat yang menetapkan pakaian yang sesuai menurut status sosialnya, dalam cara memakainya, tempat memakai kelengkapan pakaian dan sebagainya.

  1. Tunjuk Ajar

Makna filosofi disini menanamkan nilai-nilai luhur agama, budaya dan norma-norma social yang  hidup didalam masyarakat pada anggota masyarakatnya. Tunjuk ajar sangatlah diutamakan dalam kehidupan orang Melayu. Sebutan kurang ajar, tak masuk ajar amatlah dipantangkan karena dianggap penghinaan, merendahkan dan mencerminkan orang itu tidak pernah mendapat tunjuk ajar dari orang tuanya.

  1. Menegakkan Tuah Membangkitkan Marwah

Orang  tua-tua mengatakan “kalau memakai pakaian Melayu, tuah bangkit marwah melekat.” Pada zaman kerajaan ,raja-raja meletakkan lambing kerajaan di kepala atau bagian dadanya atau memakai kelengkapan lain. Demikian pula orang besar kerajaan, pemangku dan pemuka adat dan sebagainya. Semakin tinggi status social, semakin beragam pula lambing-lambang yang dilekatkan sebagai lat kelengkapan pakaian adatnya.

  1. Mengekalkan Melayu

Bagaimanapun beragam dan serasinya pakaian Melayu, namun bentuk dasar pakaian Melayu tetaplah dijadikan acuan utama. Misalnya dapat dilihat dari guntingan atau potongan pakaian Melayu yang tetap mengacu kepada pakai patut baju kurung yakni, untuk laki-laki baju kurung cekak musang dan Teluk Belanga, untuk baju kurung yang berkekek dan berpesak gantung. Prinsip ini mencerminkan makna mengekalkan kemelayuan itu sendiri sehingga orang dapat mengetahui ciri kemelayuan itu di dalam pakaiannya. Dengan acuan ini pulalah pakai patut baju kurung mengandung filosofi “mengekalkan Melayu” sehingga tak Melayu hilang dibumi

  1. Menolak Bala

Orang tua-tua mengatakan  “kalau sempurna memakai pakaian  Melayu, bala tidak melekat.” Dengan berpakai patut baju kurung orang dapat mencegah diri dari berbagai tindakan yang tidak baik seperti hal-hal yang menjurus ke perilaku maksiat seshingga dengan demikian maka yang bersangkutan terhindar dari bala bencana dunia dan akhirat.

  1. Mendatangkan Manfaat

Yang dimaksud mendatangkan manfaat disini ialah  kedamaian , kebaikan dan sebagainya yang bermanfaat untuk kehidupan manusia terutama pemakainya. Didalam pakaian Melayu (baju kurung) dijalin pakaian dunia dan akhirat, yang maksudnya mengisyarakatkan bahwa didalam pakaian itu terdapat unsur-unsur nilai-nilai luhur yang bermanfaat untuk kehidupan di dunia dan nilai-nilai yang bermanfaat untuk kehidupan di akhirat. Ia mencerminkan falsafah dan pandangan hidup orang Melayu yang berusaha mencari dan memelihara keseimbangan lahiriah dan batiniah, keseimbangan duniawi dan ukhrawi. Keseimbangan ini lazim disebut oleh orang Melayu sebagai manusia yang benar-benar menjadi “orang”.

 

SUMBER : Buku Berpakai Patut Baju Kurung  Di Bunda Tanah Melayu, LAM Lingga