
Teater Tradisional adalah salah satu potensi seni pertunjukan rakyat Indonesia yang saat ini berada dalam kondisi surut karena perubahan gaya hidup dan kebutuhan masyarakat yang berubah cepat. Bahkan diantaranya hanya tinggal nama atau telah musnah sama sekali karena ditinggalkan senimannya sendiri dan penontonnya. Realitas menunjukkan saat ini terutama generasi muda Indonesia semakin akrab dengan berbagai bentuk kesenian baru yang dapat dianggap kurang mencerminkan karakter bangsa. Padahal pemahaman karakter bangsa salah satunya terdapat di dalam Teater Tradisional Indonesia. Sebagai salah satu upaya dalam melestarikan Seni Teater Tradisional Indonesia, Dinas Kebudayaan Membawa tim Kesenian Makyong dalam untuk mengikuti Kegiatan Festival Nasional Teater Tradisi Tahun 2014 di Gedung Kesenian Jakarta yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, dilaksanakan pada tanggal 13 sampai 18 Juni 2014, diikuti oleh 34 Tim Kesenian dari 34 Provinsi Se-Indonesia. Dengan tema “Membangun Kesadaran Generasi Muda Terhadap Teater Tradisional Indonesia di Dalam Ekspresi Seni, Tradisi Kreatif, Peluang dan Tantangan”
Sebagai team penilai penampilan terdiri dari lima orang yaitu :
- Bapak Kasim Ahmad (Pemerhati & Akademisi)
- Bapak DR. Arthur S Nalan, S. Sn, M.Hum (Akademisi/ Dosen Teater)
- Bapak Dindon WS (Praktisi/ penggiat Teater)
- Bapak Adjim Arijadi (Praktisi/ Penggiat Teater)
- Erry Anwar (Praktisi/ Penggiat Teater)
Festival Nasional Teater Tradisional tahun 2014 ini bersifat selebrasi, yang akan memperebutkan:
– 6 Grup/ Penyaji Terbaik (tanpa jenjang)
– 6 orang Penampil Terbaik (tanpa jenjang)
– 3 orang Sutradara Terbaik (tanpa jenjang)
– 3 orang Penata Musik Terbaik (tanpa jenjang)
– 1 Grup Favorit
Dengan membawa jumlah rombongan sebanyak 15 orang Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau Membawakan kesenian Makyong yang dimainkan oleh tim kesenian dari sanggar Seni Bungsu Sakti berasal dari Desa Mantang Kabupaten Bintan dengan judul karya Raje Bungsu Sakti Di Negeri Lenggang Cahaye.
Karya yang Menceritakan tentang suatu kisah di Negeri Lenggang Cahaye, dimana di Negeri Lenggang Cahaye tersebut dipimpin oleh seorang Raje yang bijaksana yang bernama Raje Bungsu Sakti. Dimasa Pemerintahan Raje Bungsu Sakti sangat terkenal dengan kesederhanaannya dan kekeluargaan dengan Rakyat. Dibanding dengan dimasa Pemerintahan Raje Prakseton dan Raje Johan Sahyaye yang dikenal dengan sangat Kejam dengan Rakyat, yang memerintah di Negeri Sepancungan Daun dan Negeri Gunung Berintan.
Dimasa Pemerintahan Raje Bungsu Sakti dibantu oleh seorang Awang Pengasuh yang diangkat sebagai Panglima Raje, yang dipercaya oleh Raje untuk mengatur dan mengamankan Negeri Lenggang Cahaye. Selama Raje Bungsu Sakti dan Awang Pengasuh mengatur dan mengamankan negeri tersebut, keadaan dan kehidupan Rakyat di Negeri Lenggang Cahaye aman, tentram, dan Sentose.
Demikian cerite singkat dari raje bungsu sakti yang memerintah di Negeri Lenggang Cahaye.
Selasa, 17 Juni 2014
13.00 -13.30 Jawa Barat “Pancawani”
13.40 – 14.10 Kalimantan Tengah “Petak Duka”
14.20 – 14.50 Kepulauan Riau “Raje Bungsu Sakti di Negeri Lenggang Cahaye”
15.00 – 15.30 Bali “Sunda Upasunda”
15.40 – 16.10 Jambi “Telur Itik”
16.20 – 16.50 Sulawesi Tengah “ Boyo Pogut Podoyo”
17.00 -17.30 Maluku “Kisah Cinta Tanjong Martha – Fons”
17.40 – 18.10 Aceh “Putri Kamaliah”
18.20 – 18.50 Papua Barat “Sasimbiori”
20.00 – 21.00 Upacara Penutupan