Sidang Verifikasi Penominasian Pantun Dalam Daftar Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO Multinational Indonesia-Malaysia digelar di Kantor Dinas Kebudayaan Kepri, Jumat 10 Maret 2017. DR Najamuddin Ramly (Direktur Warisan Diplomasi Budaya) dalam sambutannya mengatakan, pengusulan pantun untuk ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO bukan hanya oleh Indonesia tetapi juga negara serumpun diantaranya Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand. Pantun merupakan budaya lisan yang harus dijaga ditanah melayu ini. Dikalangan masyarakat melayu Kepulauan Riau pantun sudah menjadi resam tradisi, berfungsi diantaranya sebagai penyampai pesan moral, digunakan untuk pembuka acara-acara adat, sebagai pengungkap perasaan yang sulit untuk disampaikan secara langsung, dan digunakan sebagai hiburan.
PANTUN merupakan ungkapan perasaan dan pikiran, karena ungkapan tersebut disusun dengan kata-kata hingga sedemikian rupa, sehingga menarik untuk didengar atau dibacakan. Pantun bagi orang melayu memiliki nilai-nilai budi pekerti yang baik. Hal ini menunjukan bahwa Indonesia Khususnya di Provinsi Kepulauan Riau, pantun memiliki ciri khas tersendiri dalam mendidik dan menyampaikan hal-hal yang bermanfaat. Dan Perlu kita ketahui bersama bahwa Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia bersama dengan Komunitas Pantun telah memasuki tahap penyusunan naskah pengusulan nominasi ke UNESCO, dan pada hari ini juga kita berkumpul bersama sempena mendukung Pantun sebagai Warisan Dunia, selain Pantun, juga ada 3 warisan Indonesia tidak benda yang akan diusulkan Indonesia menjadi warisan dunia ke UNESCO. Di antaranya, Pencak Silat, Pawukon atau alat penghitung tradisional dari Banten lama dan Baduy, dan Tari Lariangi dari Wakatobi.
Sementara itu, Tim Penelitian Budaya mengungkapkan, dari hasil penelitian, Pantun merupakan salah satu kebudayaan yang unik. Di samping itu, pengusulan Pantun ke UNESCO ini dimasukkan dalam salah satu warisan budaya yang terancam punah. Bila tidak diselamatkan maka akan tergerus oleh modernisasi zaman. Hal tersebut disebabkan, tidak banyak lagi ditemukan maestro Pantun yang masih hidup. Acara ini dihadiri oleh Raja Ariza mewakili Gubernur Kepri, Kadisbud Kepri, Yatim Mustafa, ketua tim ahli, Prof Pudentia dan juga hadir Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepri, Toto Sucipto. Hadir juga maestro pantun, tokoh masyarakat dan budayawan Melayu Kepri, dengan itu Pemerintah Daerah Provinsi kepulauan Riau dan masyarakat setuju dan mendukung Pantun Sebagai Warisan Budaya Dunia