Berkhatam Al-Qur’an

Kabupaten Lingga yang dikenal senbagai Bunda Tanah Melayu pernah menjadi Pusat Kerajaan Melayu yang tidak saja membina dan berkembang di bidang adat dan budaya Melayu pada saat itu juga pembinaan Agama Islam. Adat dan tradisi yang berkembang juga tidak terlepas dari pengaruh Agama Islam. Salah satu tradisi yang mengarah pada Agama Islam dan tetap kekal dilakukan masyarakat Kabupaten Lingga pada saat ini yaitu  Khatam Al-Quran yang pelaksanaannya dilakukan setelah yang bersangkutan menamatkan/menyelesaikan  pelajaran mengaji atau membaca kitab suci umat islam yaitu Al – Quran Nur Karim.

Berkhatam Al – Quran biasanya dilaksanakan  secara khusus dan ada pula disejalankan dengan acara lain seperti upacara sunatan, acara pernikahan. Pakaian yang dipakai disaat berkhatam adalah : bagi laki – laki memakai jubbah, surban dan pakaian Melayu  sedangkan perempuan memakai baju kurung Melayu labuh dan bertutup kepala. Jemputan yang menghadiri acara tersebut memakai baju kurung Melayu.

 Beberapa perlengkapan inti yang  di perlukan pada acara Berkhatam Al – Quran :

  • Seperangkat nasi sekone/nasi besar, berbunga besar diletakkan dibagian tengah atas nasi pulut kuning  dan dikelilingi dengan bunga telur  (tajuk) yang bermakna kemegahan.
  • Dua atau beberapa orang saksi, bermakna kesaksian.
  • Al-Quran dan Rehal, bermakna pedoman berkehidupan, iman dan takwa.
  • Dikiri kanan yang berkhatam diletakkan kaki dian (wadah tempat meletakkan lilin) yang telah dinyalakan, bermakna penerangan hati, jiwa dan raga.

Perlengkapan pendukung :

Cerek, payung, sejadah, telekong (mukena), kain dan lain-lain yang diletakkn diatas paha, sesuai dengan kemampuan sebagai ucapan terima kasih pada guru ngaji.

Tempat pelaksanaan berkhatam Al-Quran umumnya dilaksanakan didepan antara pelaminan dan peterakne di rumah mempelai perempuan. Selesai berkhatam dilanjutkan  dengan kegiatan berarak ke rumah guru ngaji, dengan cara diusung, dijulang ataupun berjalan kaki bersamaan diiringi pula dengan bebunyian gendang pengantin, kompang,rodat ataupun rebana. Seandainya yang berkhatam ingin mengelilingi masjid (surau) maka dikelilinglah sebanyak 3x, disesuaikan dengan hajatnya. Kemudian diteruskan kerumah guru ngaji untuk menyerahkan nasi sekone (nasi besar) serta alat-alat pendukung, akan tetapi tidak tertutup kemungkinan guru ngaji minta dibacakan beberapa ayat dirumahnya. Guru ngaji dijemput/dibawa kerumah mempelai perempuan dimana dilaksanakan berkhatam Al-Quran hingga selesai. 

Perlengakapan pendukung tersebut diserahkan kepagda guru ngaji dengan maksud ucapan terima kasih kepada guru ngaji yang telah mengajar mengaji hingga selesai.  Tujuan diberika perlengkapan seperti sejadah, cerek, payung, telekong (mukena) ialah dapat digunakan sebagai kegiatan ibadah untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan.

Tahapan pelaksanaan Khatam Al-Quran sebagai berikut :

  • Khataman  Al-Quran dilaksanakan setelah berzanji
  • Setelah selesai berzanji anak yang berkhatam didudukkan didepan antara pelaminan dan  peterakne yang disaksikan oleh beberapa orang saksi
  • Dilanjutkan membaca ayat-ayat pendek sampai selesai
  • Do’a bersama
  • Memberikan berekat kepada saksi sebagai ucapan terima kasihSaksi dan para jemputan menyantap hidangan
  • Bagi yang  berkhatam berarak (rombongan yang membawa orang yang berkhatam) menuju kerumah guru ngaji.

Pelaksanaan berkhatam Al-Quran dilaksanakan pada rangkaian upacara perkawinan bertujuan : menunjukkan bahwa bagi yang berkhatam baik perempuan maupun laki-laki, sangat merupakan salah satu persyaratan pengetahuan keagamaan ataupun menunjukkan bahwa yang berkhatam Al-Quran telah menamatkan ajaran agama Islam dan berarti pula orang tuanya sudah berusaha memberikan pengetahuan agama kepada anaknya

Sumber : Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga