Pulau Penyengat atau Pulau Penyengat Inderasakti dalam sebutan sumber-sumber sejarah, merupakan pulau kecil yang berjarak kurang lebih 3 km dari Kota Tanjungpinang, yang sekarang merupakan pusat pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau. Pulau yang berukuran kurang lebih 2.500 meter x 750 meter, dan berjarak lebih kurang 35 km dari Pulau Batam (Sumber: http://id.wikipedia.org)
Nama Pulau Penyengat sendiri berasal dari cerita masa lalu yaitu saat para pelaut menjadikan pulau ini sebagai tempat persinggahan untuk mengambil air tawar yang ada di pulau ini. Saat mengambil air tawar tersebut, mereka di serang oleh semacam lebah mereka sebut “penyengat”, kejadian itu menimbulkan korban jiwa. Sejak peristiwa itu pulau ini disebut Pulau Penyengat atau Pulau Penyengat Indera Sakti.
Membahas tentang sejarah Penyengat tidak terlepas dari Kerajaan Melayu Johor-Riau dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan Kerajaan Melayu Johor-Riau hingga perpindahan ke Daik Lingga serta ke Penyengat.
Pada periode kedua (1718-1784) orang Bugis mulai masuk ke dalam perpolitikan Melayu di Kerajaan Melayu Johor-Riau, sehingga mendapat posisi Yang Dipertuan Muda Kesultanan Melayu Johor-Riau.
Masuknya bangsawan Bugis ke dalam struktur pemerintahan Kerajaan Melayu Johor-Riau tidak terlepas dari perannya dalam membantu Tengku Sulaiman merebut kekuasaan Sultan Kerajaan Johor-Riau dari Raja Kecil. Pembentukan jabatan Yang Dipertuan Muda menimbulkan dualisme pemerintahan dalam Kerajaan Melayu Riau, namun saling mendukung dalam pemerintahan. Posisi sultan tetap sebagai penguasa sedangkan Yang Dipertuan Muda sebagai kepala pemerintahan Kerajaan Melayu Riau.
untuk mencapai pulau penyengat dapat menggunakan perahu bot atau lebih dikenal bot pompong, membutuhkan waktu sekitar 15 menit dari Kota Tanjungpinang. Pulau Penyengat merupakan salah satu obyek wisata Budaya di Provinsi Kepulauan Riau. Peninggalan yang dapat dilihat dipulau Penyengat adalah Masjid Raya Sultan Riau yang terbuat dari putih telur, makam-makam para raja, makam dari pahlawan nasional Raja Ali Haji, kompleks Istana Kantor dan benteng pertahanan di Bukit Kursi. Pada abad ke-18, Raja Haji membangun sebuah benteng di Pulau Penyengat, benteng tersebut tepatnya berada di Bukit Kursi, disana ditempatkan beberapa meriam digunakan sebagai basis pertahanan Bintan.