Di Kabupaten Lingga, terdapat sebuah desa yang bernama Resun. Di desa ini ada sebuahupacara yang disebut “Ratif Saman”. Konon Desa ini dulu pernah disinggahi oleh orang Aceh dan menetap disana. Namun di desa itu ada wabah penyakit yang membahayakan jiwa seseorang. Masyarakat setempat menyebutnya sebagai penyakit ta’un yang berasal dari makhluk halus(roh jahat). Makhluk ini juga sering menampakkan wujudnya hingga warga desa ketakutan, Selain itu desa juga sering di datangi kawanan perampok.
Untuk menghindari berbagai gangguan tersebut mereka, (orang Aceh) pindah ke pulau-pulau kecil disekitar Lingga, lalu setelah mendengar desa yang ditinggal itu bebas dari berbagai gangguan mereka pun kembali kesana.Namun tak lama desa tersebut kembali mendapatkan gangguan lagi sehingga mereka pergi dari desa itu dan menjuluki daerah itu dengan julukan “daerah resah” karena kondisi daerahnya yang meresahkan.
Namun kabar daerah itu tidak sampai ke Bangka, bahkan yang mereka dengar hanyalah daerah di Lingga tersebut tanahnya sangat subur. Maka datanglah orang-orang dari Bangka ke Pulau Lingga di bawah pimpinan Haji Muhammad Yusuf bin Haji Hasan. Mereka membangun perkampungan di tempat yang ditinggalkan orang Aceh yang dulu pergi. Disana mereka mengolah tanahnya untuk perkebunan demi kebutuhan hidup, tak lama berselang kejadian yang pernah dialami orang Aceh datang menimpa, banyak yang meninggal karena penyakit ta’un atau ulah perampok.
Untuk meredakan keresahan pengikutnya, Haji Muhammad bin Haji Hasan yang kala itu sering berpergian ke daerah serawak dan brunai membawa “empat orang pandai” untuk mengatasi bencana di desa itu, namun mereka berempat ternyata tidak dapat mengatasinya dan malah keempatnya terserang penyakit ta’un dan meninggal dunia. Mereka dikubur secara bersusun dalam satu liang lahat. Untuk menghormati keempat “orang pandai “ tersebut nama “resah” diganti menjadi “Resun”. Jadi nama desa resun diambil dari awal kata “ resah”(re) dan akhir kata “susun” yaitu (sun).